Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hoaks Capres Muncul meski Pemilu Masih Lama, Dinilai Ganggu Sehatnya Demokrasi

Kompas.com - 21/06/2022, 11:56 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

KOMPAS.com - Hoaks mengenai pencalonan presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) telah beredar saat ini, jauh sebelum hari-H pencoblosan.

Padahal, Pemilihan Presiden 2024 baru berlangsung dua tahun mendatang.

Salah satu hoaks itu menyebutkan, Gubernur Jawa Tengah yang juga kader PDI-P, Ganjar Pranowo, telah ditetapkan oleh Ketua Umum Megawati Soekarnoputri sebagai calon presiden.

Hoaks itu bisa dibaca di sini: [HOAKS] Megawati Memutuskan Ganjar sebagai Capres yang Diusung PDI-P

Ada juga hoaks yang menyatakan sebaliknya, yaitu Ganjar disebut telah keluar dari PDI-P, karena tidak dianggap oleh partai, contohnya bisa baca di sini: [HOAKS] Tidak Dianggap di Partai, Ganjar Pranowo Keluar dari PDI-P

Anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Fritz Edward Siregar mengatakan, ujaran kebencian dan hoaks memang marak menjelang pemilu, baik di tingkat pusat maupun daerah.

Bahkan jelang pemilu, kampanye hitam melalui media sosial (medsos) selalu menjadi tren nomor satu di Indonesia sebagaimana dikutip dari situs resmi Bawaslu.

"Jadi harus kita lihat percakapan yang terjadi di medsos merupakan sebuah genuine (asli) atau fabricated (buatan), jadi itu yang menurut saya yang harus dibedakan," tutur Fritz dalam sebuah diskusi dengan Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem).

Dalam kesempatan lain, dia mengatakan, penurunan atau penghapusan konten hoaks merupakan penanganan yang tidak menyelesaikan masalah sampai akarnya.

Langkah hukum yang diambil, dengan berkolaborasi dengan Polri, diharapkannya bisa mengurangi produksi konten hoaks dan ujaran kebencian tersebut agar lebih signifikan.

Kesehatan demokrasi

Adapun pengamat Politik Universitas Paramadina Hendri Satrio mengatakan, harus bisa dibedakan antara opini yang menjadi bunga-bunga demokrasi, dengan informasi palsu atau hoaks.

Dia menjelaskan, masyarakat yang berpendapat siapa yang layak menjadi presiden atau capres menjadi salah satu bunga-bunga demokrasi. Namun kalau terjadi hoaks, bisa mengganggu kesehatan demokrasi itu sendiri.

Dengan demikian, penting bagi tokoh-tokoh politik untuk berkomitmen tidak menggunakan hoaks dalam upayanya mengejar kursi kekuasaan.

"Kalau hoaks, itu harusnya sih setiap politikus menjamin bahwa tidak akan melakukan hoaks-hoaks, karena mempengaruhi sehat atau tidaknya demokrasi di Indonesia," kata Hendri melalui telepon, Senin (20/6/2022).

Di sisi lain, menurut dia, cukup sulit untuk melakukan penanganan hukum pada politikus atau pemain yang menggunakan hoaks untuk menggiring opini masyarakat.

Edukasi pada masyarakat dalam menyikapi informasi, kata Hendri, menjadi pilihan yang paling memungkinkan untuk meningkatkan kesehatan dan kualitas demokrasi.

Menurut dia, edukasi itu bisa dilakukan dengan mendorong masyarakat untuk selalu mengecek kembali informasi yang didapatkannya dan lebih mengandalkan media formal.

"Kita edukasi masyarakat supaya tidak lagi terjebak hoaks, check and recheck itu kan paling gampang. Jadi kalau mengharapkan politisi atau pemain, itu susah, karena kita juga sulit membuktikannya," ujar Hendri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[KLARIFIKASI] WEF Bantah Kabar Klaus Schwab Sakit Parah dan Dirawat di RS

[KLARIFIKASI] WEF Bantah Kabar Klaus Schwab Sakit Parah dan Dirawat di RS

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Jet Misterius Terlihat Dekat Israel

[HOAKS] Video Jet Misterius Terlihat Dekat Israel

Hoaks atau Fakta
'Me at The Zoo', Kilas Balik Video Pertama di YouTube

"Me at The Zoo", Kilas Balik Video Pertama di YouTube

Sejarah dan Fakta
INFOGRAFIK: Narasi Keliru Perbandingan Foto Antrean Warga pada 1965 dan 2024

INFOGRAFIK: Narasi Keliru Perbandingan Foto Antrean Warga pada 1965 dan 2024

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Video Perlihatkan Pohon Terbakar, Bukan Tentara Israel Bakar Masjid Al Aqsa

INFOGRAFIK: Video Perlihatkan Pohon Terbakar, Bukan Tentara Israel Bakar Masjid Al Aqsa

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Sandra Dewi Dijemput Paksa Polisi

[HOAKS] Sandra Dewi Dijemput Paksa Polisi

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Narasi Keliru soal Anak-anak Bermain di Pantai Gaza Pascaserangan Iran ke Israel

[KLARIFIKASI] Narasi Keliru soal Anak-anak Bermain di Pantai Gaza Pascaserangan Iran ke Israel

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Foto dengan Narasi Keliru soal Eksodus Warga Israel karena Serangan Iran

INFOGRAFIK: Foto dengan Narasi Keliru soal Eksodus Warga Israel karena Serangan Iran

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Uang Pembayaran Tol Masuk ke Rekening Pengusaha China

[HOAKS] Uang Pembayaran Tol Masuk ke Rekening Pengusaha China

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Momen Surya Paloh Cium Tangan Jokowi Terjadi pada 2019

[KLARIFIKASI] Momen Surya Paloh Cium Tangan Jokowi Terjadi pada 2019

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Bill Gates Melepaskan Nyamuk Penyebar Kaki Gajah di Bali

[HOAKS] Bill Gates Melepaskan Nyamuk Penyebar Kaki Gajah di Bali

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video WN China Tembakkan Senjata Api di Hadapan Sejumlah Orang di Sumut

[HOAKS] Video WN China Tembakkan Senjata Api di Hadapan Sejumlah Orang di Sumut

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Menara Eiffel Disorot Lampu Berwarna Bendera Israel pada 2023

[KLARIFIKASI] Menara Eiffel Disorot Lampu Berwarna Bendera Israel pada 2023

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Pesawat Jatuh di Perairan Nagekeo NTT pada 22 April

[HOAKS] Pesawat Jatuh di Perairan Nagekeo NTT pada 22 April

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks! Foto Truk Pengangkut Senjata Iran Melintasi Perbatasan Suriah

INFOGRAFIK: Hoaks! Foto Truk Pengangkut Senjata Iran Melintasi Perbatasan Suriah

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com