KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah melaporkan adanya temuan wabah monkeypox atau cacar monyet, di sejumlah negara nonendemik.
Pada 13 Mei 2022, WHO menerima laporan dari 12 negara di luar wilayah endemik cacar monyet dengan 92 kasus telah terkonfirmasi dan 28 masih berstatus dugaan.
Berbagai informasi seputar cacar monyet pun beredar di media sosial, termasuk yang tergolong ke dalam misinformasi dan disinformasi.
Berikut temuan hoaks beserta hasil penelusuran faktanya mengenai cacar monyet.
Di media sosial, ditemukan narasi yang menyebut bahwa merupakan agenda elite global dan pandemi palsu part 2.
Disebutkan, para pemimpin global telah melakukan pertemuan di Munich, Jerman dengan agenda melakukan latihan tentang ancaman biologis konsekuensi tinggi.
Narasi itu disertai tabel dari Nuclear Threat Initiative (NTI) yang bersumber dari materi bertajuk Strengthening Global Systems to Prevent and Respond to High-Consequence Biological Threats.
Setelah ditelusuri, Tabel yang beredar bukanlah jadwal, melainkan laporan dari latihan dan simulasi NTI untuk mengurangi ancaman biologis dengan konsekuensi tinggi, dengan contoh wabah cacar monyet.
NTI bekerja sama dengan Munich Security Conference membuat materi skenario latihan, temuan utama dari diskusi, dan rekomendasi yang dapat ditindaklanjuti untuk komunitas internasional.
Cacar monyet sudah ada sejak 1958 yang ditemukan pada monyet, lalu diteliti di laboratorium Denmark.
Kasus infeksi pertama cacar monyet pada manusia terjadi pada 1970, yang dialami seorang anak di Kongo.
Diketahui hingga Jumat (27/5/2022) belum ada pernyataan resmi dari WHO yang menyatakan cacar monyet sebagai pandemi.
Baca penelusuran selengkapnya di sini.
Pemerintah Amerika Serikat (AS), pemerintah China, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), WHO, filantropis Bill Gates, hingga perusahaan farmasi J&J, Merck dicatut namanya dalam sebaran hoaks di media sosial.
Pemerintah dan pengusaha disebut telah merencanakan wabah cacar monyet.
Sama seperti sebaran sebelumnya, klaim itu disertai dengan materi dari pertemuan NTI November 2021.
Pada 2021, para pemimpin dan pakar kesehatan masyarakat, industri bioteknologi, keamanan internasional, dan filantropi berkumpul untuk mendiskusikan skenario simulasi wabah.
Pihak-pihak yang disebutkan dalam narasi yang beredar memang menghadiri pertemuan tersebut, kecuali Bill Gates.
Bill Gates tidak hadir secara pribadi, tetapi ada perwakilan dari Bill & Melinda Gates Foundation yang hadir.
Kendati demikian, tidak benar bahwa pertemuan itu merancang pandemi.
Sebaliknya, acara ini bertujuan untuk mengkaji kesenjangan dalam biosekuriti dan mencari cara untuk meningkatkan respons terhadap ancaman wabah. Detailnya dapat dilihat di sini.
Pendiri Microsoft sekaligus filantropis, Bill Gates kembali jadi sasaran disinformasi. Kali ini dia disebut sebagai dalang di balik penyebaran cacar monyet
Disebutkan, Gates telah mengetahui bahwa cacar monyet akan menjadi pandemi berikutnya setelah Covid-19.
Berdasarkan hasil penelusuran, pernyataan Gates pada November 2021 tentang serangan teror virus cacar disampaikan pendiri Microsoft itu saat wawancara Pertukaran Kesehatan dengan Ketua Komite Pemilihan Kesehatan Inggris, Jeremy Hunt.
Gates mengatakan bahwa pemerintah harus bersiap untuk pandemi di masa depan dan serangan teror cacar.
Dia menuntut kesiapan banyak negara terhadap kesehatan masyarakatnya di masa depan.
Namun, pernyataannya hanya sebatas perkiraan. Dia tidak mengatakan bahwa hal itu pasti akan terjadi.
Baca selengkapnya di sini.
VAIDS (Vaccine Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan istilah yang kerap digunakan oleh kelompok antivaksin untuk menarasikan bahaya vaksin Covid-19.
Ketika WHO mengumumkan laporan kasus cacar monyet, wabah ini dikaitkan dengan VAIDS dan efek vaksinasi.
Griffith University Australia, Dicky Budiman menjelaskan, AIDS merupakan kondisi penyakit kronis yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV).
"Bahwa AIDS dikaitkan dengan vaksinasi juga itu suatu hal yang tidak tepat. Karena ini jelas berkaitan dengan HIV," tutur Dicky dikutip dari Kompas.com, Rabu (25/5/2022).
Selain itu, cacar monyet juga bukan diakibatkan oleh vaksin.
Adapun yang membuat seseorang terinfeksi cacar monyet adalah sebaran virusnya. Media penularan bisa melalui lesi, cairan tubuh, droplet, maupun kontak dengan permukaan benda yang terkontaminasi, misalnya sprei tempat tidur.
Namun, risiko penularan dari virus ini juga dimungkinkan apabila manusia mengonsumsi daging hewan yang terinfeksi, serta belum memasaknya secara sempurna.
Sejak dilaporkan adanya kasus cacar monyet pada manusia sejak 1970, para ilmuan tidak menemukan adanya perubahan transmisi.
"Data yang saat ini ada erat kaitannya dengan klaster, artinya ada transmisi yang bisa ditunjuk karena si itu, karena si itu. Ini juga bisa dijelaskan karena kontak erat. Itu membantah dengan sendirinya dengan vaksinasi," kata Dicky.
Menurutnya, klaim yang mengaitkan cacar monyet dengan efek vaksinasi jauh dari kebenaran.