Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, ada yang perlu diluruskan terkait informasi ini.
KOMPAS.com - Beredar informasi di media sosial Facebook yang mengeklaim vaksin Covid-19 AstraZeneca dan Pfizer berpotensi serius memicu stroke.
Klaim itu disebut berasal dari hasil studi yang dilakukan oleh Universitas Oxford, Inggris.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, ada yang perlu diluruskan dari klaim tersebut.
Informasi yang mengeklaim vaksin Covid-19 AstraZeneca dan Pfizer berpotensi serius memicu stroke dibagikan di Facebook oleh akun ini.
Akun itu membagikan tangkapan layar unggahan Twitter, dengan narasi sebagai berikut:
Studi terbaru dari Univ Oxford UK mengungkapkan bahwa vax Pfizer dan AstraZeneca bisa menyebabkan potensi serius strokes!!
Tim Cek Fakta menelusuri studi terkait risiko stroke pada orang-orang yang menerima vaksin AstraZeneca dan Pfizer.
Hasilnya, ditemukan sebuah studi yang dipublikasikan oleh British Medical Journal (BMJ) pada 27 Agustus 2021.
Studi tersebut dikerjakan oleh Profesor Epidemiologi Klinis dan GP di Universitas Oxford, Julia Hippisley-Cox, dan rekan-rekannya.
Studi itu memang menemukan adanya potensi pembekuan darah (blood clot) yang dapat menyebabkan stroke.
Namun, studi ini menyimpulkan bahwa risiko pembekuan darah yang disebabkan kedua vaksin tersebut jauh lebih rendah daripada risiko pembekuan darah akibat infeksi Covid-19.
Studi ini menemukan sedikit peningkatan pembekuan darah pada mereka yang menerima suntikan vaksin Pfizer, dan kondisi yang mirip dengan stroke pada penerima vaksin AstraZeneca, tetapi jumlahnya kecil dan perlu konfirmasi lebih lanjut.
"Peningkatan kecil tingkat efek samping yang dilaporkan oleh Hippisley-Cox dan rekan harus dipertimbangkan dalam konteks manfaat yang sudah terbukti dari vaksin Covid-19 dan risiko morbiditas dan mortalitas yang terkait dengan infeksi SARS-CoV-2," demikian penjelasan editorial dari BMJ.
"The small absolute increase in rates of adverse events reported by Hippisley-Cox and colleagues should be considered in the context of the proven benefits of covid-19 vaccines and the risks of morbidity and mortality associated with SARS-CoV-2 infection" https://t.co/bVkQ9JaUQS
— The BMJ (@bmj_latest) August 27, 2021
Dilansir dari Euronews, 27 Agustus 2021, studi yang dipublikasikan BMJ itu memeriksa data dari lebih dari 30 juta orang.
Lebih dari 29 juta orang dalam penelitian ini divaksinasi dengan dosis pertama, rinciannya 19,6 juta dengan AstraZeneca dan 9,5 juta dengan Pfizer.