KOMPAS.com - Beredar narasi yang mengklaim bahwa menggunakan ponsel saat sedang tersambung ke charger bisa berbahaya.
Narasi itu dikaitkan dengan bagaimana arus listrik bisa masuk ke tubuh ketika ponsel tersambung charger.
Lantas, benarkah hal ini berbahaya?
Terkait kemungkinan seseorang tersengat listrik dari charger ponsel, dosen Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Toto Sukisno mengatakan bahwa itu hanya bisa terjadi jika arus bocor.
Ada klaim yang menyebut bahwa seseorang bisa pingsan karena minum air sambil menelepon saat ponsel sedang diisi daya.
Baca juga: [HOAKS] Video Pria Pingsan Saat Pakai Ponsel yang Sedang Diisi Daya
Toto mengatakan, penghantar listrik dari charger ponsel ke tubuh melalui air minum merupakan teori yang keliru.
"Di samping adanya faktor lain yang juga harus dipertimbangkan, sebenarnya itu dua aktivitas yang secara proses tidak memiliki keterkaitan. Kecuali kalau terjadi arus bocor yang mengakibatkan anfal dari fungsi anggota tubuh," kata Toto kepada Kompas.com, Selasa (8/2/2022).
Sebagai keamanan, Toto menyarankan agar masyarakat tidak menggunakan ponsel yang sedang diisi daya. Namun tindakan ini lebih untuk menghindari bahaya dari arus listrik yang bocor.
"Secara normatif, penggunaan HP yang sedang dicharge tidak direkomendasikan karena membahayakan pengguna, terutama akibat terjadinya potensi arus bocor yang dapat membahayakan si pengguna," kata dia.
Mengenai air minum sebagai penghantar listrik juga dibantah oleh dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung, Syarif Hidayat.
Keringat manusia memang bisa memengaruhi dampak sengatan listrik, tetapi tidak dengan air yang sedang diminum.
"Tidak ada (pengaruhnya). Jadi air minum itu tidak bersifat menyimpan muatan listrik," ujar Syarif saat dihubungi Kompas.com, Selasa (8/2/2022).
Baca juga: CEK FAKTA: Menilik Klaim Sinar UV Jadi Faktor Rendahnya Kasus Omicron Indonesia
Sementara itu, Syarif mengatakan, secara umum, tegangan listrik DC yang dianggap aman untuk tubuh manusia sekitar 50 volt.
"Oleh karena itu instalasi lama yang membutuhkan listirk DC umumnya dibatasi sampai 48 volt. Jadi kalau kita kepegang 48 volt itu tidak membahayakan. Lalu listrik AC itu padanannya yang dianggap aman itu sampai 40 volt kira-kira," tutur Syarif saat dihubungi Kompas.com, Selasa (8/2/2022).
Baca juga: [KLARIFIKASI] Balita Meninggal karena Tersengat Listrik Kabel Charger HP
Menurut dia, yang membahayakan bukanlah seberapa besar tegangan listrik, tetapi seberapa besar arus listrik yang mengalir ke dalam tubuh manusia.
Syarif memperkirakan, tubuh manusia mempunyai tahanan dari ujung tangan ke ujung kaki itu kira-kira 3.000 Ohm.
Sehingga, ketika tegangan sekitar 40 volt AC, dibagi 3.000 Ohm maka hanya akan menghasilkan arus listrik sekian miliampere.
"Kalau arus yang mengalir di permukaan tubuh, di kulit yang berkeringat dan sebagainya, itu akan mengakibatkan gejala luka bakar, tetapi tidak akan menyebabkan kematian yang tragis," kata Syarif.
Kematian tragis yang dia maksud adalah vibrilasi, yang disebabkan oleh arus yang mengalir ke dalam tubuh manusia, termasuk organ jantung.
Hal ini juga berlaku untuk charger ponsel.
"Jadi secara umum, baterai ponsel yang tegangannya cuma 3,4 volt untuk masa waktu yang panjang, tidak cukup menghasilkan arus yang memvibrilasi tubuh kita," kata Syarif.
Charger ponsel juga kerap dikaitakan dengan paparan medan elektromagnetik, sehingga dianggap berbahaya ketika memakai ponsel saat sedang diisi daya.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), bukti saat ini tidak mengkonfirmasi adanya konsekuensi kesehatan dari paparan medan elektromagnetik tingkat rendah.
Setiap produk elektronik yang diproduksi secara massal, termasuk charger dan ponsel, harus memenuhi standar yang sudah ditetapkan. Ini agar ada jaminan kesehatan dan membatasi paparan berlebih dari medan elektromagnetik.
Paparan elektromagnetik tingkat rendah dari barang elektronik di rumah, sering dihubungkan dengan gejala, seperti sakit kepala, kecemasan, depresi, mual, kelelahan, dan kehilangan libido.
Akan tetapi, sampai saat ini, bukti ilmiah tidak mendukung hubungan antara gejala ini dan paparan medan elektromagnetik.
Setidaknya beberapa dari masalah kesehatan ini mungkin disebabkan oleh kebisingan atau faktor eksternal lain, tetapi bukan paparan elektromagnetik tingkat rendah.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.