Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Mengapa Deepfake Sulit Dideteksi...

Kompas.com - 26/01/2022, 10:22 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

KOMPAS.com - Deepfake bisa membuat tampilan visual palsu yang sangat realistis. Kecanggihan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), membuat deepfake sulit dideteksi.

Deepfake adalah istilah yang menggambarkan audio dan video rekayasa yang dibuat menggunakan kecerdasan buatan.

Karena sebagian besar deepfake dibuat melalui adversarial training (GAN), kemampuan algoritma untuk menghindari metode deteksi berbasis AI juga akan meningkat saat diperkenalkan ke sistem deteksi baru.

Wajah dan tubuh seseorang bisa dibuat sepenuhnya sintetis, misalnya dalam bentuk avatar digital.

Bahkan, dengan teknologi deepfake, orang mati seolah dapat dihidupkan kembali.

Baca juga: Deepfake, Alat Pemalsu Wajah dan Peristiwa Berbasis Video

Maksudnya, visual dari orang yang telah meninggal bisa direkayasa dengan deepfake, sehingga orang tersebut tampak melakukan suatu tindakan yang sebenarnya tidak pernah dia lakukan.

Ada titik di mana konten deepfake sulit dideteksi.

Sulitnya dideteksi

Deepfake mudah dibuat, karena aplikasinya tersedia secara bebas dan bisa diakses siapa saja.

Namun, teknologi untuk membedakan mana video asli dan mana yang buatan sangat sulit dibuat.

Pada September 2019, Facebook, dalam kemitraan dengan Microsoft, AWS, Partnership on AI (PAI) mengumumkan Tantangan Deteksi Deepfake (DFDC) di Kaggle untuk mengundang para peneliti mengembangkan algoritma pendeteksi deepfake.

PAI bahkan membentuk Komite Pengarah Integritas AI dan Media pada akhir 2019, sebagai badan resmi untuk mengembangkan, serta memberi saran pada proyek dalam rangka memerangi misinfromasi dan disinformasi, termasuk deteksi konten deepfake.

Baca juga: Berkaca dari Kepopuleran MyHeritage, Apa yang Perlu Diwaspadai dari Deepfake?

Facebook mempekerjakan 3.500 aktor untuk merekam ribuan video, sebagai data yang akan digunakan untuk melatih algoritma potensial.

Data tersebut dimanipulasi menggunakan berbagai teknik pembuatan deepfake murahan.

Sebanyak 100.000 klip video konten asli dan yang dimanipulasi, dirilis untuk kemudian ditelusuri para peneliti dan membangun algoritma pendeteksi deepfake.

Sebanyak lebih dari 2.000 peserta mengirimkan 35.000 lebih algoritma dari hasil deteksi. Dari hasil DFDC, pemenang tantangan itu mampu mendapatkan akurasi 82,56 persen.

Meskipun tampaknya tinggi, mesin algoritma yang dibangun hanya mendapatkan presisi 65,18 persen dari pendeteksian konten deepfake.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[HOAKS] The Simpsons Prediksi Pelepasan Nyamuk Wolbachia di Indonesia

[HOAKS] The Simpsons Prediksi Pelepasan Nyamuk Wolbachia di Indonesia

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Narasi Keliru soal Normalisasi Hubungan Indonesia dan Israel

[KLARIFIKASI] Narasi Keliru soal Normalisasi Hubungan Indonesia dan Israel

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Konsentrasi SO2 di Pulau Jawa Tidak Membahayakan

[KLARIFIKASI] Konsentrasi SO2 di Pulau Jawa Tidak Membahayakan

Hoaks atau Fakta
Beragam Hoaks Seputar Konflik Iran-Israel

Beragam Hoaks Seputar Konflik Iran-Israel

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Pertemuan Megawati, Muhaimin, dan Surya Paloh Terjadi pada 2014

[KLARIFIKASI] Video Pertemuan Megawati, Muhaimin, dan Surya Paloh Terjadi pada 2014

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Uang Nasabah di Rekening BRI Hilang akibat Bansos Pemilu

[HOAKS] Uang Nasabah di Rekening BRI Hilang akibat Bansos Pemilu

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Bagaimana Cara Mendeteksi Gambar atau Foto Hasil Rekayasa AI?

[VIDEO] Bagaimana Cara Mendeteksi Gambar atau Foto Hasil Rekayasa AI?

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Pesawat Jatuh di Perairan Selatan Nagakeo NTT, Simak Bantahannya

INFOGRAFIK: Hoaks Pesawat Jatuh di Perairan Selatan Nagakeo NTT, Simak Bantahannya

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks, Sampul Majalah Forbes dengan Foto Ayatollah Ali Khamenei

INFOGRAFIK: Hoaks, Sampul Majalah Forbes dengan Foto Ayatollah Ali Khamenei

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Unjuk Rasa Warga Papua Terkait Pencurian Suara pada Pilpres 2024

[HOAKS] Video Unjuk Rasa Warga Papua Terkait Pencurian Suara pada Pilpres 2024

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Sri Mulyani Jelaskan soal Utang Negara di Sidang MK

[HOAKS] Sri Mulyani Jelaskan soal Utang Negara di Sidang MK

Hoaks atau Fakta
Mengenang Vladimir Komarov, Orang Pertama yang Tewas dalam Misi Luar Angkasa

Mengenang Vladimir Komarov, Orang Pertama yang Tewas dalam Misi Luar Angkasa

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Gempa di Majene Sulawesi Barat

[HOAKS] Video Gempa di Majene Sulawesi Barat

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Foto Ini Tidak Terkait Serangan Irak ke Pangkalan Militer AS di Suriah

[KLARIFIKASI] Foto Ini Tidak Terkait Serangan Irak ke Pangkalan Militer AS di Suriah

Hoaks atau Fakta
CEK FAKTA: Sekjen PDI-P Sebut Dugaan Kecurangan Pilpres 2024 Bisa Terjadi Lagi di Pilkada

CEK FAKTA: Sekjen PDI-P Sebut Dugaan Kecurangan Pilpres 2024 Bisa Terjadi Lagi di Pilkada

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com