KOMPAS.com - The Sunday Post, surat kabar di Skotlandia memberitakan bahwa 90 persen plankton di Samudera Atlantik mengalami penurunan hingga 90 persen. Laporan tersebut mengutip penelitian dari ahli biologi kelautan.
Dalam laporan yang terbit pada 17 Juli itu, The Sunday Post memberikan judul yang terjemahannya seperti ini: "Para ilmuwan mengungkapkan lautan kosong kita. Penelitian: 90 persen plankton Atlantik hilang".
Namun, klaim tersebut dinyatakan memuat informasi keliru. Ilmuwan independen mengatakan tidak ada bukti bahwa aktivitas plankton telah menurun sebesar itu.
Para ilmuwan mengatakan, 90 persen plankton tidak menghilang dari Samudra Atlantik. Karena jika plankton menghilang sebesar itu akan menciptakan gangguan yang signifikan dan terlihat dalam kehidupan laut.
Peneliti merevisi laporan The Sunday Post
Laporan The Sunday Post tentang hilangnya plankton sebesar 90 persen di Samudera Atlantik didasarkan pada proyek dari Howard Dryden dan Caroline Duncan, ahli biologi kelautan di Yayasan Survei Lingkungan Kelautan Global (GOES).
Karya mereka tersebut berjudul: "Perubahan Iklim…Produktivitas plankton Samudra Atlantik Khatulistiwa dan polusi Karibia… Sebuah bahan pemikiran untuk diperdebatkan.”
Sebagai orang yang membuat penelitian tersebut, Dryden mengatakan proyek itu tidak pernah mencakup seluruh Samudra Atlantik, seperti yang diklaim oleh unggahan dan artikel The Sunday Post.
"Ada kesalahan yang dilakukan dalam melaporkan hasil kami, kami mungkin secara tidak sengaja bertanggung jawab dengan tidak berkomunikasi dengan baik, tetapi saya ingin membuat pernyataan bahwa hasilnya hanya berlaku untuk wilayah khatulistiwa di Samudra Atlantik," katanya dilansir dari AFP.
Dryden menambahkan bahwa laporan tersebut mengalami revisi, yakni merupakan pemikiran observasi bukan studi ilmiah.
"Ini hanya observasi awal dan komentar atas hasil yang diperoleh, tidak ada niat untuk melakukan peer-review dokumen," ucap Dryden
Ahli biologi kelautan itu mengatakan, pernyataan tentang pengurangan 90 persen dalam produktivitas plankton di wilayah tersebut adalah prediksi berdasarkan data dan laporan lain.
Sementara itu, judul versi online di The Sunday Post telah diperbarui, dan sebuah catatan telah ditambahkan di bagian bawah artikel tersebut. Dalam catatan itu The Sunday Post menuliskan catatan:
"Cerita ini diedit pada 23 Juli 2022 untuk memperjelas sampel yang dipelajari oleh Yayasan Survei Lingkungan Kelautan Global diambil dari khatulistiwa Atlantik dan belum dikonfirmasi oleh ilmuwan atau tim peneliti lain."
Kendati begitu, Jim Wilson, editor The Sunday Post mengatakan, surat kabar tersebut menyangkal salah mengartikan penelitian.
"Kami secara akurat melaporkan penelitian Dr Dryden. Judul kami mungkin lebih spesifik tentang batas geografis penelitian itu, tetapi ceritanya jelas dan tidak akan membuat pembaca yang berpikiran adil bingung," kata Wilson.
Para Ilmuwan mempertanyakan temuan
Beberapa ilmuwan independen mendesak agar berhati-hati dalam mengutip karya Dryden dan Duncan itu, karena tidak adanya metodologi transparan yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data.
"Kami tidak dapat mempercayai temuan yang disajikan dalam laporan ini," kata Marie-Fanny Racault, ahli kelautan biologi yang mempelajari dampak iklim pada sumber daya ekosistem laut.
Ia mengatakan, klaim bahwa 90 persen plankton hilang dari Samudra Atlantik tidak didukung oleh bukti ilmiah yang kuat.
"Tidak ada acuan dasar yang diberikan, 90 persen hilang tapi sejak kapan? Atau dibandingkan dengan periode atau kondisi apa?" kata Racault
Ahli ekologi konservasi laut Abigail McQuatters-Gollop, pemimpin kelompok ahli plankton untuk Konvensi Perlindungan Lingkungan Laut Atlantik Timur Laut (OSPAR), juga mengatakan penelitian yang mengeklaim bahwa 90 persen plankton di Samudera Atlantik tersebut membingungkan. Metodologi pengumpulan dan analisisnya tidak dijelaskan.
Ilmuwan tersebut mengatakan, jika ada aspek plankton yang berubah 90 persen, konsekuensinya akan dirasakan di banyak bidang, seperti perikanan.
Laporan penilaian Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) terbaru, menunjukkan pemanasan laut dan perubahan es laut adalah salah satu pendorong utama yang mempengaruhi produktivitas plankton.
"Tidak ada keraguan bahwa perubahan iklim yang sedang berlangsung dan di masa depan serta pengasaman laut mengubah lingkungan laut," kata Alessandro Tagliabue, ahli biogeokimia laut di University of Liverpool.
"Memahami bagaimana perubahan ini akan mempengaruhi produktivitas plankton adalah salah satu tantangan besar yang dihadapi komunitas ilmu kelautan dan kelautan," tutur Alessandro.
Menurut Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA), plankton dapat dikategorikan menjadi dua kelompok utama, yakni fitoplankton (tumbuhan) dan zooplankton (hewan). Mereka memainkan peran penting dalam ekosistem laut.
https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/08/10/090900082/benarkah-90-persen-plankton-di-samudera-atlantik-hilang-