Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Data Aktivitas Gunung Anak Krakatau, dari Waspada hingga Siaga

KOMPAS.com - Gunung Anak Krakatau yang terletak di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, kembali mengalami peningkatan aktivitas erupsi yang terjadi sejak Sabtu (23/4/2022).

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memastikan adanya kenaikan level aktivitas Gunung Anak Krakatau dari Level II (Waspada) menjadi Level III (Siaga).

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, pihaknya bersama PVMBG akan terus memantau perkembangan air laut di Selat Sunda untuk mengantisipasi potensi terjadinya gelombang tsunami akibat aktivitas Gunung Anak Krakatau.

Oleh sebab itu, masyarakat diimbau untuk waspada terhadap potensi tsunami.

"Masyarakat diminta untuk waspada terhadap potensi gelombang tinggi atau tsunami, terutama di malam hari," ucap Dwikorita melalui konferensi pers, Senin (25/4/2022).

Imbauan ini dimaksudkan agar masyarakat meningkatkan kesiap-siagaan dan tetap memperhatikan informasi terbaru dari pihak berwenang, seperti BMKG, PVMBG, dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Berikut data peningkatan aktivitas Gunung Anak Krakatau dalam lima hari terkahir:

Jumat (22/4/2022) - Level II Waspada

Cuaca terpantau berawan hingga hujan, dengan angin lemah ke arah selatan, barat daya dan barat.

Terjadi 8 kali gempa letusan/erupsi dengan amplitudo 37-60 mm dan lama gempa 35-88 detik. Terjadi pula gempa hembusan dan tremor.

Pada malam hari dari pukul 19:38 wib di pos terdengar sesekali suara gemuruh letusan.

Sabtu (23/4/2022) - Level III Siaga

Terlihat asap kawah utama berwarna putih, kelabu dan hitam dengan intensitas tebal tinggi sekitar 300-3000 meter dari puncak. Cuaca terpantau berawan hingga mendung, dengan angin lemah ke arah tenggara dan selatan.

Sesekali terdengar suara gemuruh dari letusan.

Masyarakat, pengunjung, wisatawan, atau pendaki direkomendasikan untuk tidak mendekati Gunung Anak Krakatau atau beraktivitas dalam radius 5 km dari kawah aktif.

Minggu (24/4/2022) - Level III Siaga

Gunung api terlihat jelas. Teramati asap kawah utama berwarna putih dan kelabu dengan intensitas tebal tinggi sekitar 3.000 meter dari puncak. Cuaca terpantau berawan, dengan angin lemah ke arah tenggara dan selatan.

Sesekali terdengar suara gemuruh letusan dari Gunung Anak Krakatau di pos PGA Pasauran.

Senin (25/4/2022) - Level III Siaga

Gunung api masih terlihat jelas. Teramati asap kawah utama berwarna putih dengan intensitas tipis hingga sedang tinggi sekitar 25-100 meter dari puncak. Sementara, cuaca cerah hingga berawan, dengan angin lemah ke arah timur laut.

Masyarakat masih diimbau untuk tidak mendekati Gunung Anak Krakatau dalam radius 5 km dari kawah aktif.

Selasa (26/4/2022) - Level III Siaga

Gunung api tampak tertutup kabut 0-III, yang artinya kabut menutupi seluruh tubuh gunung. Asap kawah tidak teramati. Adapun cuaca mendung hingga hujan, dengan angin lemah hingga sedang ke arah timur.

Data pantauan aktivitas Gunung Anak Krakatau secara lebih lengkap dapat dilihat di laman Magma Indonesia berikut ini.

Apa yang sebaiknya dilakukan masyarakat?

Dwikorita menyampaikan, meski ada imbauan untuk waspada terhadap tsunami, tetapi masyarakat diimbau untuk tidak panik.

Pihaknya juga meminta agar masyarakat tidak mudah terpancing dengan isu yang bersumber dari sumber atau oknum yang tidak bertanggung jawab.

Sama seperti gempa, belum ada ahli dan institusi yang mampu memprediksi dengan tepat kapan tsunami akan terjadi. Sejauh ini, peringatan yang diberikan berdasarkan pengamatan suatu wilayah yang berpotensi terdampak tsunami.

"Jadi kami harapkan masyarakat akan memperhatikan instansi pemerintah, dan tidak terpancing isu-isu yang tidak dapat dipertanggung jawabkan,” tegas Dwikorita.


Menurut Buku Saku Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana yang diterbitkan BNPB, berikut yang sebaiknya dilakukan ketika ada imbauan potensi tsunami:

  • Ketahui tanda-tanda sebelum tsunami terjadi, terutama setelah gempa. Misalnya, intensitas gempa lama dan terasa kuat, air laut surut, bunyi gemuruh dari tengah lautan, banyak ikan menggelepar di pantai yang airnya surut, dan tanda-tanda alam lain.
  • Memantau informasi dari berbagai media resmi mengenai potensi tsunami setelah gempa terjadi.
  • Cepat berlari ke tempat yang tinggi dan berdiam diri di sana untuk sementara waktu setelah satu gempa besar mengguncang.
  • Segera menjauhi pantai dan tidak perlu melihat datangnya tsunami atau menangkap ikan yang terdampar di pantai karena air surut.
  • Mengetahui tingkat kerawanan tempat tinggal akan bahaya tsunami dan jalur evakuasi tercepat ke dataran yang lebih tinggi.

https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/04/26/121200582/data-aktivitas-gunung-anak-krakatau-dari-waspada-hingga-siaga

Terkini Lainnya

[HOAKS] The Simpsons Prediksi Pelepasan Nyamuk Wolbachia di Indonesia

[HOAKS] The Simpsons Prediksi Pelepasan Nyamuk Wolbachia di Indonesia

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Narasi Keliru soal Normalisasi Hubungan Indonesia dan Israel

[KLARIFIKASI] Narasi Keliru soal Normalisasi Hubungan Indonesia dan Israel

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Konsentrasi SO2 di Pulau Jawa Tidak Membahayakan

[KLARIFIKASI] Konsentrasi SO2 di Pulau Jawa Tidak Membahayakan

Hoaks atau Fakta
Beragam Hoaks Seputar Konflik Iran-Israel

Beragam Hoaks Seputar Konflik Iran-Israel

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Pertemuan Megawati, Muhaimin, dan Surya Paloh Terjadi pada 2014

[KLARIFIKASI] Video Pertemuan Megawati, Muhaimin, dan Surya Paloh Terjadi pada 2014

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Uang Nasabah di Rekening BRI Hilang akibat Bansos Pemilu

[HOAKS] Uang Nasabah di Rekening BRI Hilang akibat Bansos Pemilu

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Bagaimana Cara Mendeteksi Gambar atau Foto Hasil Rekayasa AI?

[VIDEO] Bagaimana Cara Mendeteksi Gambar atau Foto Hasil Rekayasa AI?

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Pesawat Jatuh di Perairan Selatan Nagakeo NTT, Simak Bantahannya

INFOGRAFIK: Hoaks Pesawat Jatuh di Perairan Selatan Nagakeo NTT, Simak Bantahannya

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks, Sampul Majalah Forbes dengan Foto Ayatollah Ali Khamenei

INFOGRAFIK: Hoaks, Sampul Majalah Forbes dengan Foto Ayatollah Ali Khamenei

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Unjuk Rasa Warga Papua Terkait Pencurian Suara pada Pilpres 2024

[HOAKS] Video Unjuk Rasa Warga Papua Terkait Pencurian Suara pada Pilpres 2024

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Sri Mulyani Jelaskan soal Utang Negara di Sidang MK

[HOAKS] Sri Mulyani Jelaskan soal Utang Negara di Sidang MK

Hoaks atau Fakta
Mengenang Vladimir Komarov, Orang Pertama yang Tewas dalam Misi Luar Angkasa

Mengenang Vladimir Komarov, Orang Pertama yang Tewas dalam Misi Luar Angkasa

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Gempa di Majene Sulawesi Barat

[HOAKS] Video Gempa di Majene Sulawesi Barat

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Foto Ini Tidak Terkait Serangan Irak ke Pangkalan Militer AS di Suriah

[KLARIFIKASI] Foto Ini Tidak Terkait Serangan Irak ke Pangkalan Militer AS di Suriah

Hoaks atau Fakta
CEK FAKTA: Sekjen PDI-P Sebut Dugaan Kecurangan Pilpres 2024 Bisa Terjadi Lagi di Pilkada

CEK FAKTA: Sekjen PDI-P Sebut Dugaan Kecurangan Pilpres 2024 Bisa Terjadi Lagi di Pilkada

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke