KOMPAS.com - PBSI selaku induk bulu tangkis Indonesia menemukan catatan serius saat mengevaluasi hasil buruk pada French Open 2022.
Catatan serius yang dimaksud bukan soal kemampuan pemain, melainkan mentalitas. Para wakil Indonesia dinilai kerap keteteran saat memasuki angka-angka krusial.
Hal tersebut diutarakan oleh Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi (Kabid Binpres) PP PBSI, Rionny Mainaky.
Rionny Mainaky mengakui bahwa pencapaian tim bulu tangkis Indonesia dalam ajang French Open 2022 terbilang menurun dari turnamen sebelumnya.
Baca juga: Rekap Final French Open 2022, Malaysia Cetak Sejarah di Tengah Kejayaan China
Namun, di tengah penurunan tersebut, terdapat sejumlah wakil Indonesia yang meningkat secara performa seperti Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana hingga Rehan Naufal Kusharjanto/Lisa Ayu Kusumawati.
Terbukti, mereka setidaknya mampu menembus 8 besar dan semifinal French Open 2022.
Para wakil yang dinilai meningkat secara performa pun mampu memberi perlawanan sengit saat berduel dengan lawan masing-masing.
Akan tetapi, mereka justru kerap kehilangan poin ketika memasuki angka-angka krusial.
Baca juga: Rehan/Lisa di Semifinal French Open, Panik dan Lambat Ubah Pola Main
Hal itulah yang kemudian membuat persoalan mentalitas menjadi catatan serius bagi pengurus PBSI, pelatih, dan atlet.
"Performa mereka secara keseluruhan cukup baik, karena para pemain sebetulnya bisa selalu unggul dalam pengumpulan angka," kata Rionny dalam keterangan tertulis yang diterima KOMPAS.com, Senin (31/10/2022).
"Cuma kendalanya mereka kendor pada poin-poin akhir di gim penentuan. Ini dikarenakan faktor nonteknis yaitu persoalan mental," ujar Rionny.
"Hal ini tentu menjadi pekerjaan rumah dan catatan serius bagi saya, pelatih, dan yang utama atletnya sendiri," tutur Rionny menegaskan.
Baca juga: French Open 2022: Lawan Banyak Intrik, Fikri/Bagas Telan Kekecewaan
Selain persoalan mentalitas, Rionny juga berbicara terkait strategi dan sikap yang ditunjukkan ketika para pemain berada dalam poin-poin kritis.
"Penurunan performa di Perancis ini juga karena strategi permainan di poin-poin kritis yang tidak tepat," ucap Rionny.
"Pemain juga tidak fokus, kurang tenang, dan kurang konsisten sehingga pemain masih banyak melakukan kesalahan sendiri pada saat kondisinya tegang," ujar Rionny.