KOMPAS.com - Langkah tunggal putra Guatemala, Kevin Cordon, dalam pergelaran badminton Olimpiade Tokyo 2020 adalah perwujudan dari misi federasi badminton negaranya.
Federasi Badminton Guatemala mengusung misi utama mempromosikan latihan bulu tangkis sebagai sarana efektif untuk mengembangkan budaya fisik warga yang komprehensif dengan tujuan berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Selain itu, dalam hal yang lebih bersifat prestasi, Federasi Badminton Guatemala ingin meningkatkan tingkat kompetitif atlet baik di panggung nasional maupun internasional.
Kedua misi tersebut terpampang jelas di laman resmi Federasi Badminton Guatemala.
Misi yang diusung kemudian disertai oleh sejumlah nilai seperti rasa hormat kepada atlet lain, semangat olahraga, kesetaraan, kerja sama, hingga sportivitas.
Baca juga: Kisah Perjuangan Kevin Cordon: Dari Aula Gereja ke Semifinal Olimpiade
Pada pergelaran Olimpiade Tokyo 2020, misi dan nilai-nilai itu terwujud dalam perjuangan atlet tunggal putra mereka, Kevin Cordon.
Dalam persaingan sektor tunggal putra, Kevin Cordon tampil memukau sejak fase grup hingga sukses menembus semifinal.
Di fase grup, atlet berusia 35 tahun itu selalu memetik kemenangan atas dua pesaingnya, Lino Munoz (Meksiko) dan Ka Long Angus Ng (Hong Kong).
Selanjutnya, pada 16 besar, Kevin Cordon berhasil mengalahkan wakll Belanda, Mark Caljouw, sehingga berhak melaju ke perempat final.
Bagi Kevin Cordon, ini adalah kali pertama dirinya menembus perempat final badminton Olimpiade dari empat edisi yang telah ia ikuti, termasuk Tokyo 2020.
Baca juga: Pencapaian Tunggal Putra Indonesia di Olimpiade dari Masa ke Masa
Pada perempat final, dia bertemu atlet Korea Selatan, Heo Kwang-hee, yang di fase grup mampu memberi kejutan dengan mengalahkan Kento Momota (Jepang) selaku tunggal putra ranking satu dunia.
Keberhasilan Heo Kwang-hee dalam mengalahkan Kento Momota tak membuat Kevin Cordon gentar.
Kevin Cordon justru tampil percaya diri hingga sukses menyingkirkan Lee Kwang-hee lewat straight game atau dua gim langsung.
Setelah mengalahkan Lee Kwang-hee, Kevin Cordon pun berhak tampil di semifinal tunggal putra badminton Olimpiade Tokyo 2020.
Kevin Cordon lolos sambil mengukir sejarah. Dia menjadi pebulu tangkis asal Amerika Latin pertama yang melangkah hingga semifinal Olimpiade.
Baca juga: Momen Ganda Putra Taiwan Sungkem ke Ahsan/Hendra Seusai Laga Semifinal Olimpiade Tokyo 2020
Pada momen inilah Kevin Cordon semakin mewujudkan misi Federasi Badminton Guatemala yang ingin atletnya bersaing secara kompetitif di pentas internasional.
Bicara soal pentas internasional, Olimpiade tentu menjadi ajang yang mewakili cangkupan tersebut dan Kevin Cordon mampu berbicara banyak di pergelaran empat tahunan ini.
Bahkan, saat tampil di semifinal, Kevin Cordon mampu memberi perlawanan berarti kepada lawannya, Viktor Axelsen, yang merupakan tunggal putra ranking dua dunia.
Kevin Cordon yang berada di posisi ke-59 dunia sempat bersaing sengit pada gim pertama sebelum takluk dua gim langsung dari Viktor Axelsen.
Perjuangan Kevin Cordon di semifinal tunggal putra badminton Olimpiade Tokyo 2020 berakhir dalam durasi 40 menit dengan skor 18-21 dan 11-21.
Kekalahan ini membuat Kevin Cordon gagal melaju ke partai puncak dan akan berjuang memperebutkan medali perunggu.
Terlepas dari kekalahan yang ia derita, Kevin Cordon telah membuktikan bahwa dirinya bisa bersaing secara kompetitif dalam ajang Olimpiade.
Sebelum melangkah sejauh ini, Cordon pernah mengatakan bahwa dirinya tak memasang target di Tokyo 2020 dan hanya ingin menikmati permainan.
"Saya menyadari bila Anda tak merasakan kebahagiaan saat bermain, Anda tak bisa memenangkan poin dan laga," ujarnya seperti dikutip dari AFP beberapa hari lalu.
"Saya tak berpikir tentang menang atau kalah, atau bagiamana saya hampir memenangi laga. Saya hanya bermain, bersenang-senang, poin demi poin untuk kebahagiaan saya."
Baca juga: Anthony Ginting ke Semifinal Olimpiade Tokyo, Penantian 17 Tahun Berakhir
Menariknya, semasa muda, tak terpikir sama sekali bagi Cordon untuk menempuh olahraga tepok bulu ini.
Popularitas bulu tangkis di negara Amerika itu memang jauh dari menarik perhatian umum.
Oleh karena itu, Kevin Cordon menunjukkan keberanian luar biasa saat meninggalkan rumahnya pada usia 12 tahun untuk berlatih badminton setelah mendapat beasiswa di ibu kota Guatemala City.
"Pada awalnya, saya ingin menjadi pesepak bola, badminton lalu masuk ke hidup saya," ujarnya.
Berdasarkan pemberitaan sebelumnya, ketertarikan kepada sepak bola lahir dari ayahnya yang gila bola.
Nama depan Kevin bahkan diberikan oleh ayahnya yang merupakan fans penyerang timnas Inggris Kevin Keegan.
Namun, ia menempuh jalur ke badminton karena mengaku terinspirasi dari Olimpiade.
"Alasan saya latihan dan bertanding badminton adalah karena Olimpiade," ujarnya.
"Saya mulai bermimpi di Beijing dan kini adalah keempat kalinya saya mempunyai mimpi sama. Saya menikmatinya lebih dari kemarin-kemarin."
Ada campur tangan pelatih asal Indonesia di balik perjalanan Kevin Cordon di Olimpiade Tokyo
Di balik perjalanan Kevin Cordon di Olimpiade Tokyo, terdapat campur tangan pelatih asal Indonesia, tepatnya Solo, Muamar Qadafi.
Hal ini diungkapkan Bambang Roedyanto, Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri PP PBSI Bambang Roedyanto ketika Kevin Cordon melangkah ke perempat final.
"Kevin Cordon menjadi pemain pertama dari PanAm Continental ke Quarterfinal. dia dilatih pelatih dari Indonesia. Kalau tidak salah namanya Khadafi," tulis pria yang akrab disapa Koh Rudy tersebut.
Di situs resmi Olimpiade , tertera nama pelatih Cordon adalah Jose Maria Solis yang sesama berasal dari Guatemala dan sudah menukanginya sejak 2004.
Akan tetapi, penelusuran Kompas.com pun menemukan bahwa Solis bekerja dengan Qadafi sedari 2017 untuk melatih Kevin dan juga Nikte Sotomayor, pemain tunggal putri Guatemala.
Keduanya merupakan wakil Guatemala di cabang bulu tangkis dari total 22 atlet yang dikirim negara tersebut ke Tokyo 2020.
"Sebagai pelatih, saya bahagia para pemain bisa meraih mimpi mereka," tutur Qadafi seperti dikutip dari situs olahraga Guatemala Archysport yang mengutip Komite Olimpiade Guatemala (COG) pada awal Juli.
"Terima kasih kepada dukungan Komite Olimpiade, federasi badminton dan rekan saya Jose Maria Solis atas dukungan mereka. Kami terus bersiap untuk menunjukkan yang terbaik di Olimpiade," tutur Qadafi.
Kevin Cordon dan Nikte Sotomayer pun memuji kinerja Muamar Qadafi yang sejak awal sudah bertekad untuk membawa mereka ke Olimpiade.
"Sekarang, misi tersebut tercapai," ujar Cordon sebelum ia bertandang ke Tokyo.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.