1. Bagaimana kabarnya? Apa kesibukan sekarang?
Kabar baik. Alhamdulillah sehat. Kesibukannya sekarang masih badminton saja. Cari keringat. Sekarang lagi sibuk sebagai Technical Advisor PB Djarum. Setelah pensiun, saya langsung kembali ke PB Djarum.
2. Pada Olimpiade London 2012, Anda adalah seorang debutan. Di sisi lain, Liliyana Natsir sebelumnya sudah pernah meraih medali perak Olimpiade Beijing 2008 bersama Nova Widianto. Bagaimana perasaan Anda saat itu?
Walau waktu itu saya debut, kondisi kami (bersama Liliyana Natsir) sedang prima. Harapan dan angan-angan waktu itu sangat tinggi (untuk meraih medali emas).
Namun, meskipun kondisi fisik prima, mungkin secara mental kami belum siap. Ekspektasi kepada kami saat itu sangat tinggi. Kami ditargetkan untuk meraih medali emas.
Waktu sudah masuk delapan besar, kami menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang tersisa. Jadi, beban kami semakin tinggi atau banyak.
Mungkin waktu itu kami belum bisa mengontrol itu. Jadi, pada akhirnya, jangankan emas, kami tidak bisa membawa pulang medali.
3. Jadi, apakah penyebab kegagalan Owi/Butet pada Olimpiade 2012 adalah faktor mental?
Mungkin penyebab kegagalan kami waktu itu bukan mental bertanding, melainkan faktor psikologis. Waktu itu kami berpikir harus memenuhi target meraih medali emas. Tekanan (untuk meraih medali emas) kepada kami waktu itu sangat besar.
Jadi, mungkin kami saat itu belum bisa mengelola tekanan atau ekspektasi itu. Peluang kami saat itu memang besar. Kami saat itu juga unggul secara head to head dengan lawan-lawan kami.
Namun, meskipun secara fisik dan performa sangat prima, kami ternyata tidak mampu mengelola tekanan-tekanan itu.
Baca juga: Alan Budikusuma - Emas Olimpiade Indonesia Bermula dari Mimpi, lalu...
4. Setelah gagal di Olimpiade London 2012, performa Owi/Butet fluktuatif atau naik turun. Bahkan, Owi/Butet tidak mampu meraih satu pun gelar turnamen BWF kategori Super Series sepanjang 2015. Apa penyebabnya?
Setelah Olimpiade London 2012, performa kami pada 2013 itu sebenarnya meningkat. Kami saat itu berhasil meraih gelar juara All England, Kejuaraan Dunia, dan beberapa Super Series.
Sampai setelah Asian Games 2014, performa kami mulai menurun. Menurut saya, penyebab penurunan performa kami setelah Asian Games 2014 adalah faktor internal, antara saya dan Liliyana Natsir.
Mungkin ada faktor nonteknis. Saya waktu itu yang terbiasa menerima masukan atau kritikan, intinya ada faktor ego di situ. Ego saya dan Liliyana Natsir saat itu sangat tinggi. Mungkin itulah yang menjadi penyebab mengapa permainan kami berantakan (setelah Asian Games 2014).