Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tonny Syiariel
Penulis di Kompasiana

Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Menyusuri Jejak "Parijs van Java" di Jalan Braga, Kota Bandung

Kompas.com - 21/05/2022, 07:00 WIB
Kompasianer Tonny Syiariel,
Farid Assifa

Tim Redaksi

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Menyusuri Jejak "Parijs van Java" di Jalan Braga"

KOMPAS.com - Jangan mengaku sudah ke Bandung kalau belum pernah ke Jalan Braga. Ini tentunya bukan sabda Kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, mantan wali kota Bandung yang kini menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat.

Namun, bagi pelancong sejati, betapa mungkin melewatkan jalan paling kondang di seantero kota Bandung ini. Apalagi Braga sejak dulu hingga kini tak pernah kehilangan pesonanya.

Jalan Braga membentang sekitar 900 meter dari pertigaan Jalan Asia Afrika- Jalan Braga sampai ke perempatan Jalan Perintis Kemerdekaan-Jalan Braga.

Dan ke jalan yang sarat nilai historis inilah penulis kembali datangi pada awal Februari ini. Suatu perjalanan bak menyusuri lorong sejarah kota Bandung.

Di sekitar Museum Konferensi Asia-Afrika, Braga sudah seperti studio foto raksasa saja. Ratusan pengunjung terlihat menyebar di beberapa titik. Mirip kawasan Kota Tua Jakarta di akhir pekan saja. Semua spot foto yang dianggap instagrammable tak lepas dari 'penjajahan' mereka.

Baca juga: 8 Tempat Ngopi Murah di Braga, Asyik Buat Nongkrong

Jalan Braga yang kaya dengan bangunan tua peninggalan masa kolonial memang menarik dijelajahi dan berburu foto.

Apalagi sebagian bangunan yang bergaya arsitektur art deco masih terawat dengan baik setelah direstorasi. Braga pun seakan tidak mau kalah aksi. Tampil kinclong di pagi itu!

Jalan Braga pun demikian. Jalan yang awalnya bernama Karreweg ini juga tidak kalah memesona.

Braga, yang konon berarti "bergaya" alias "mejeng" itu, memang bisa dibandingkan dengan semua kota tua terkenal lainnya di Indonesia. Tidak kalah bergaya!

Sejarah Braga

Nama Jalan Braga baru mulai digunakan pada tahun 1882. Adalah Asisten Residen Bandung kala itu, yakni Pieter Sitjhoff, yang mengganti nama jalan ini menjadi Bragaweg alias Jalan Braga.

Boleh jadi seperti makna jalan tersebut. Jalan Braga memang tempat bergaya kala itu. To see and to be seen! Tidak berbeda dengan Champs Elysees di jantung kota Paris.

Tentu saja popularitas jalan ini akan terlindas oleh zaman andaikan deretan bangunan tuanya telah hilang. Persis seperti yang terjadi di banyak kota tua lainnya. Namun, Braga yang sempat meredup ternyata sukses kembali meraih reputasinya. Banyak bangunan tua secara bertahap berhasil direstorasi.

Jelajah Jalan Braga memang seakan menembus lorong waktu. Bak kembali ke era kolonialisme Hindia Belanda. Berbagai bangunan dengan arsitektur tempo doeloe berderet menyambut semua pengunjung.

Tetapi, gedung de Vries tidak sendiri di situ. Persis di depannya berdiri sebuah gedung lain yang justru lebih terkenal. Tidak salah, itulah Gedung Merdeka yang kini difungsikan sebagai Museum Konferensi Asia Afrika.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com