Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Lagi Pemerintahan Filipina di Bawah Kekuasaan Ferdinand Marcos

Kompas.com - 14/05/2022, 19:06 WIB
Maulana Ramadhan

Penulis

KOMPAS.com - Nama Ferdinand Marcos Jr tengah menjadi sorotan, tidak hanya di Filipina tapi juga dunia. Dalam pemilihan presiden Filipina, Ferdinand Marcos Jr yang lebih dikenal sebagai “Bongbong” hampir dipastikan keluar sebagai pemenang.

Bongbong bersaing dengan Leni Robredo yang juga merupakan wakil presiden petahana. Meski hasil resmi pemilu baru bisa diumumkan sekitar akhir bulan Mei, tetapi karena lebih dari 90 persen suara telah dihitung, kemenangan Ferdinand Marcos Jr semakin mendekati kenyataan.

Ferdinand "Bongbong" Marcos Jr bukanlah sosok politikus biasa. Ia merupakan anak dari Presiden ke-10 Filipina, Ferdinand Marcos Sr yang menjabat selama lebih dari 20 tahun sejak 1965 hingga 1986.

Baca juga: Mengapa Keluarga Marcos Begitu Kontroversial di Filipina?

Kini setelah empat dekade sang ayah jatuh lewat revolusi, keluarga Marcos bersiap kembali ke tampuk pemerintahan tertinggi Filipina.

Semasa kepemimpinannya, Ferdinand Marcos dikenal sebagai sosok diktator yang kontroversial. Berikut ulasannya.

Ferdinand Marcos mulai berkuasa di Filipina

Marcos terpilih menjadi Presiden Filipina setelah memenangi pemilu tahun 1965. Meski begitu, kekuasaan Marcos baru benar-benar terasa sepenuhnya pada 1972, setahun sebelum masa jabatannya yang kedua berakhir.

Kala itu, alih-alih bersiap lengser, Marcos malah menetapkan Undang Undang (UU) Darurat. Ini berimplikasi pada parlemen yang dibekukan, penangkapan oposisi, hingga penyensoran total diterapkan.

Marcos, yang sebelum menjabat presiden adalah seorang pengacara sukses, praktis mengendalikan pengadilan secara penuh.

Ferdinand Marcos Sr melambaikan tangan saat terpilih sebagai presiden Filipina pada 1965 -putranya, Bongbong (kedua dari kanan).GETTY IMAGES via BBC NEWS INDONESIA Ferdinand Marcos Sr melambaikan tangan saat terpilih sebagai presiden Filipina pada 1965 -putranya, Bongbong (kedua dari kanan).
Selain itu, militer dan kepolisian yang berada di bawah kekuasaan penuh Marcos, sanggup menyiksa bahkan membunuh lawan-lawan politiknya—praktik yang terus berlanjut selama masa kekuasaannya.

Akibatnya tahun-tahun setelah 1972 dikenang sebagai salah satu masa terkelam sepanjang sejarah Filipina. Jutaan orang hidup dalam kemiskinan parah, berbagai pelanggaran hak asasi manusia berlangsung, dan korupsi merajalela di tengah tumpukan utang negara.

Baca juga: Ferdinand Marcos, Diktator Filipina dengan Gelimang Kontroversinya

Tak hanya sosoknya yang kontroversial, sang istri yakni Imelda Marcos pun demikian. Imelda Marcos dikenal karena hobinya dalam mengoleksi barang-barang mewah. Dia juga tersohor lantaran kerap berkeliling dunia untuk membeli sepatu-sepatu buatan sejumlah perancang mode terkenal.

Kejatuhan Ferdinand Marcos

Titik balik kekuasaan Ferdinand Marcos di Filipina terjadi di tahun 1983. Kala itu, di suatu sore bulan Agustus, terjadi insiden pembunuhan terhadap pemimpin oposisi, Beniqno Aquino.

Aquino ditembak mati sesaat setelah turun dari pesawat di Bandara Filipina. Aquino kala itu baru mendarat dari Amerika Serikat. Ia mengasingkan diri ke sana Amerika Serikat guna menghindari rezim Marcos.

Pembunuhan tersebut tentu saja mengejutkan seantero negeri sekaligus memicu amarah dan duka banyak orang. Puluhan ribu insan turun ke jalan-jalan di Manila dan kota lain untuk menghormati mendiang Benigno Aquino.

Aksi-aksi ini kemudian berubah menjadi gerakan pro-demokrasi. Istri Beniqno Aquino, yakni Corazon “Cory” Aquino tampil sebagai sosok oposisi menggantikan sang suami. Gerakan pro-demokrasi mendukung Cory untuk melawan Presiden Marcos dalam pemilu tahun 1986.

Baca juga: Detik-detik Kejatuhan Diktator Filipina Ferdinand Marcos

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com