Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Deretan Negara Pembeli Senjata Rusia, Siapa yang Terbanyak?

Kompas.com - 27/03/2022, 09:24 WIB
Artika Rachmi Farmita

Penulis

KOMPAS.com - Secara tak langsung, perang alias konflik bersenjata menjadi ajang yang efektif memasarkan senjata keluaran terbaru para pemain industri senjata, khususnya untuk membuktikan kehandalan daya hancurnya.

Laporan terbaru Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) menunjukkan 100 produsen senjata terbesar sedunia terus mencatatkan kenaikan penjualan. Bahkan di tahun pandemi 2020, saat ekonomi global terkontraksi.

Negara-negara maju mendominasi produksi senjata untuk kemudian dieskpor ke banyak negara, terutama negara berkembang. Pada tahun 2020, penjualan oleh 100 produsen senjata terbesar mencapai 531 miliar dolar AS (lebih dari Rp7,6 kuadriliun). Sekitar 54 persen dari nilai total tersebut dicatatkan oleh 41 perusahaan senjata asal Amerika Serikat (AS).

Namun tak semua produk senjata bisa unjuk kemampuan di depan para calon pembeli. Di medan perang yang sesungguhnya misalnya, yang tampak adalah jet tempur, tank, artileri, pertahanan udara, sistem radar, helikopter, senjata anti-tank, rudal, kapal selam, kapal perang, dan drone.

Baca juga: Deretan Senjata Andalan Ukraina Hadapi Rusia, Sumbangan AS dan Sekutu

Senjata buatan Rusia lebih murah dan beragam

Selain AS, negara produsen senjata terbesar kedua adalah Rusia. Perusahaan-perusahaan Rusia adalah pesaing berat korporasi produsen jet tempur asal AS seperti Lockheed Martin.

Dibandingkan senjata buatan perusahaan AS, Rusia memang menawarkan senjata yang lebih murah dengan keandalan yang tak kalah dengan kompetitornya dari Negeri Paman Sam.

Antara 2016 dan 2020 Rusia mengirimkan sekitar 400 jet tempur termasuk keluarga jet Sukhoi dan MiG, ke 13 negara. India membeli setidaknya setengah dari mereka. India juga salah satu dari hanya enam negara di dunia yang mengoperasikan kapal selam bertenaga nuklir yang disewa dari Rusia.

Rusia juga terus mengejar ketertinggalannya dari AS. Banyak senjata era Soviet yang di-upgrade kemampuannya.

Bayangkan, untuk pesawat udara saja, Rusia punya banyak varian antara lain Yak-130, Su-25, Su-30K, Su-30MK, Su-33S, MiG-29S, Mi-8MT, Mi-26, Mi24P, Ka-52, Ka-31, Ka-226, Il-76M, A-50eH. Bisa dikatakan, Rusia semakin mengembangkan sistem yang lebih maju, termasuk sistem pertahanan rudal permukaan ke udara S-400 yang telah dijual ke China, India, Suriah, dan Turki.

Beberapa negara lain telah menyatakan minatnya untuk membeli sistem pertahanan udara jarak jauh, yang harganya sekitar 400 juta dollar AS per unit.

Contoh dari senjata lawas yang terus diperbaharui adalah senapan Kalashnikov alias AK-47. Dikembangkan oleh jenderal tentara Soviet Mikhail Kalashnikov pada 1940-an, AK-47 adalah senapan serbu yang murah, tahan lama, dan mudah digunakan oleh pasukan infanteri standar untuk lebih dari 100 negara.

AK mengacu pada "Avtomat Kalashnikova", bahasa Rusia untuk Kalashnikov otomatis, dan angka "47" mewakili tahun pembuatan senapan. Diperkirakan ada 100 juta AK-47 di seluruh dunia dengan berbagai varian, menjadikannya senapan serbu yang paling banyak dimiliki di dunia.

Baca juga: Ukraina Akan Dapat 6.000 Rudal dari Inggris dan 2.000 Senjata Anti-tank dari Jerman

Keandalan senjata

Rusia Dikutip dari Aljazeera, Sabtu (26/3/2022), sebagai negara yang berada di bawah bayang-bayang AS, Rusia sebenarnya cukup mendominasi penjualan senjata dengan pangsa pasar 20 persen secara global.

Rusia mengekspor hampir 90 persen senjatanya ke 10 negara, alias hanya sedikit senjata produksinya yang dipakai untuk angkatan bersenjatanya sendiri.

Pelanggan terbesar senjata besutan Rusia adalah India. New Delhi membeli sekitar 23 persen senjata Rusia dengan pengeluaran sekitar 6,5 miliar dollar AS selama lima tahun terakhir.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com