Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Gunakan Tukang Las dari China

Kompas.com - 13/02/2022, 11:40 WIB
Maulana Ramadhan

Penulis

KOMPAS.com - Mega proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) terus menuai perhatian dari masyarakat. Terbaru adalah tentang posisi tukang las untuk proyek tersebut yang diisi oleh tenaga kerja asing (TKA) dari China.

Hal ini memicu respons beragam di tengah masyarakat. Terkait hal ini, PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) selaku operator KCJB memberikan alasannya.

Dalam keterangannya, KCIC beralasan bahwa besi rel kereta cepat berbeda dengan besi rel kereta lainnya. Penggunaan tukang las dari China adalah karena rangkaian Electric Multiple Unit (EMU) yang digunakan di KCJB adalah yang terbaru dengan spesifikasi terbaik.

Baca juga: Pakai Tukang Las dari China, KCIC Beberkan Alasannya

Sehingga penggunaan jasa tukang las dari luar ini diperlukan karena dalam proses pengerjaan rel kereta menggunakan teknologi yang belum bisa dilakukan oleh tenaga kerja lokal.

Selain itu, KCIC mengklaim rel 60 yang digunakan adalah yang berstandar tinggi. Sehingga dalam pemasangannya, harus menggunakan treatment terbaik.

"Teknologi terdepan berpadu dalam menghadirkan transportasi massal masa depan. Melengkapi rangkaian EMU terbaru dengan spesifikasi terbaik, rel 60 yang berstandar tinggi, tidak lengkap tentunya jika treatment terhadap rel tidak menggunakan standar yang terbaik pula," kata Manajemen KCIC dikutip dari Kompas TV, Sabtu (12/2/2022).

Lebih lanjut KCIC memaparkan, pengelasan rel KCJB dilakukan dengan metode flash-butt welding dengan mesin UN-200 yang berasal dari China.

Baca juga: KCIC: Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Sumbang Rp 5,34 Triliiun ke Penerimaan Negara

Proses ini berlangsung di fasilitas welding factory yang berada di Depo Tegalluar Track Laying Base KCJB. Dengan melakukan pengelasan di welding factory, mutu sambungan rel menjadi lebih terkontrol.

Flash-butt welding sendiri merupakan metode pengerjaan yang dilakukan dengan cara memanaskan kedua batang rel yang akan disambung dengan mesin UN-200.

Setelah mencapai suhu yang dibutuhkan, kedua ujung barang rel tersebut disambung dengan tekanan tertentu hingga benar-benar menyatu dengan sempurna.

"Dengan kecanggihannya, mesin UN-200 mampu memberikan kualitas sambungan yang konsisten pada setiap rel. Hal ini karena si "Tukang Las" UN-200 mampu merekam perubahan tekanan dan suhu sambungan selama pemanasan dan pendinginan berlangsung, serta mengidentifikasi sambungan secara otomatis," jelas KCIC.

Situasi terkini proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang akan dilakukan pemasangan erection box girder mulai Selasa (25/1/2022) ini, pukul 00.00 WIB.Dokumentasi Humas Jasa Marga Situasi terkini proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang akan dilakukan pemasangan erection box girder mulai Selasa (25/1/2022) ini, pukul 00.00 WIB.

Sebelumnya, Deputi Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan Kementerian PPN/Bappenas Pungky Sumadi mengatakan, berdasarkan hasil diskusi antara pemerintah dengan KCIC, proses pengelasan harus menggunakan pekerja asing lantaran kualitas rel yang sangat tinggi.

Baca juga: Ironi Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang Tak Sampai Bandung

Oleh karena itu dibutuhkan tukang las dengan standar khusus untuk pengerjaan proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung.

"Setelah kami diskusi dengan mereka, ternyata rel yang ada itu adalah rel yang kualitasnya sangat tinggi. Tingkat kepadatan maupun campuran besinya dan itu belum mampu diproduksi oleh Krakatau Steel misalnya," ucap Pungky.

Meski menggunakan TKA untuk pengerjaan las, KCIC mengklaim 87,02 persen pekerja untuk proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung adalah tenaga kerja lokal. Total keseluruhan pekerja pada proyek ini adalah 15.487 orang.

Secara rasio, jumlah tenaga kerja asing dibanding tenaga kerja lokal adalah 1:7. Menurut KCIC, proyek kereta cepat Jakarta Bandung itu digandang harus berkualitas tinggi sehingga hasilnya perlu maksimal.

Hal itu yang akhirnya mendatangkan tukang las dari China, yakni dengan tujuan untuk menjaga kualitas.

(Sumber:Kompas.com/Muhammad Idris | Editor: Muhammad Idris)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com