Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Gunakan Obat Covid-19 Ini Karena Tak Bermanfaat Menurut IDI

Kompas.com - 06/02/2022, 22:55 WIB
Artika Rachmi Farmita

Penulis

KOMPAS.com - Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban memaparkan ada lima jenis obat yang kini terbukti tak bermanfaat menangani Covid-19.

Kelima obat tersebut yakni Ivermectin, Klorokuin, dan Oseltamivir. Ada pula terapi plasma konvalesen dan Azithromycin.

Sebelumnya obat-obatan itu sempat digunakan untuk menangani pasien Covid-19 di Indonesia.

"Untuk Oseltamivir dan Azithromycin itu ada lima perhimpunan profesi yang menyatakan bahwa itu tidak boleh dipakai lagi, di Kementerian Kesehatan (Kemenkes), telah mendengar itu, dan tidak lagi membolehkan pemakaian itu," ujar Zubairi ketika dikonfirmasi Kompas.com, Minggu (6/2/2022).

Baca juga: Mengenal Molnupiravir dan Favipirapir, Obat Covid-19 untuk Gejala Ringan

1. Azythromycin

Melalui akun Twitternya @ProfesorZubairi, ia menjelaskan bahwa Azythromycin tidak bermanfaat sebagai terapi Covid-19 baik skala ringan serta sedang.

Hal ini berlaku kecuali jika ditemukan bakteri selain virus penyebab Covid-19 di dalam tubuh pasien.

2. Oseltamivir

Sementara itu, Oseltamivir merupakan obat untuk influenza dan tidak ada bukti ilmiah yang menyatakan bisa digunakan untuk pengobatan Covid-19.

"Bahkan WHO sudah menyatakan obat ini tidak berguna untuk Covid-19. Kecuali saat Anda dites terbukti positif influenza, yang amat jarang ditemukan di Indonesia," kata Zubairi lewat akun Twitternya.

Baik Oseltamivir dan Azithromycin tak lagi digunakan sebagai terapi pasien Covid-19 sejak tahun lalu.

Dalam Revisi Protokol Tata Laksana Covid-19, lima organisasi profesi kedokteran tak lagi memasukkan dua obat tersebut ke dalam standar perawatan pasien Covid-19.

Organisasi profesi kedokteran itu antara lain Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

Baca juga: Perancis Akan Mulai Gunakan Obat Covid-19 Pfizer, Pertama di Uni Eropa

3. Terapi plasma konvalesen

Terkait dengan terapi plasma konvalesen, Zubairi mengungkapkan bahwa selain tidak bermanfaat, pemberian plasma konvalesen juga mahal.

Apalagi prosesnya memakan waktu yang lama.

Ia sendiri mengakui jika pernah mengatakan kepada masyarakat mengenai manfaat plasma konvalesen.

"Tapi itu tadi yang dibilang, harus evidence-based medicine. Di awal-awal kan, kita tidak tahu apa-apa, kemudian penelitian makin lengkap," ujar Zubairi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com