KOMPAS.com - Imlek 2022 akan dirayakan pada Selasa (1/2/2022). Seperti tahun-tahun sebelumnya, Tahun Baru China selalu identik dengan hujan.
Biasanya, hujan akan turun pada menjelang atau bahkan saat perayaan Hari Raya Imlek. Oleh sebab itu, banyak orang kerap menyandingkan keduanya.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberi penjelasan mengenai penyebab hujan selalu turun saat Imlek.
Sebagaimana diberitakan KOMPAS.com pada Jumat (28/1/2022), Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto mengatakan, Hari Raya Imlek selalu jatuh pada bulan Januari-Februari.
Guswanto menjelaskan, musim hujan masih berlangsung pada bulan-bulan perayaan Hari Raya Imlek.
Baca juga: Rayakan Tahun Baru China dengan Resep 3 Kue Khas Imlek Ini
"Demikian juga pada 2022, Hari Raya Imlek 2573 Kongzili jatuh pada 1 Februari 2022, yang notabene merupakan musim hujan," kata Guswanto.
Sementara itu, Guswanto menambahkan, BMKG pun memperkirakan bahwa puncak musim hujan akan terjadi pada awal 2022.
"Berdasarkan perkiraan BMKG bahwa bulan Januari-Februari 2022 merupakan puncak musim hujan 2022," ujar Guswanto.
Guswanto membeberkan, berdasarkan prospek cuaca, sejumlah wilayah di Indonesia akan diguyur hujan lebat berdurasi panjang selama sepekan ke depan, antara lain:
Baca juga: Simak 7 Makanan Pembawa Keberuntungan yang Disantap Saat Imlek
Berikut ini wilayah yang diperkirakan akan mengalami kondisi hujan lebat berdurasi panjang pada 30-31 Januari 2022:
Berikut ini wilayah yang diperkirakan akan mengalami kondisi hujan lebat berdurasi panjang pada pada 1-3 Februari 2022:
Baca juga: 8 Kuliner Khas Imlek dan Makna-makna di Baliknya
BMKG mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem yang dapat meningkatkan potensi bencana hidrometeorologi.
"Banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, dan puting beliung, terutama untuk masyarakat yang berada dan tinggal di wilayah rawan bencana hidrometeorologi," jelasnya.
Selain itu, BMKG juga mengimbau masyarakat agar lebih mengenali lingkungan dan potensi bencana di lingkungan sekitarnya.
Pasalnya, salah satu upaya mitigasi sesungguhnya adalah dengan memahami cuaca dan lingkungan tempat kita tinggal.
"Sehingga dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan dari bencana hidrometeorologi yang dapat datang sewaktu-waktu," ujar Guswanto.
(Penulis: Dandy Bayu Bramasta | Editor: Sari Hardiyanto)
Sumber: KOMPAS.com
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.