Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rare Earth, Kandungan Logam di Lumpur Lapindo yang Bisa Lebih Mahal dari Emas

Kompas.com - 29/01/2022, 07:45 WIB
Maulana Ramadhan

Penulis

KOMPAS.com - Lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur ternyata memiliki kandungan logam yang sangat potensial, yakni logam tanah jarang atau dikenal juga dengan nama rare earth. Hal itu diungkap oleh Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

"Kami juga melakukan kajian terhadap lumpur Sidoarjo yang ternyata juga diidentifikasi oleh Badan Litbang mengandung logam tanah jarang," kata Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Eko Budi Lelono dalam jumpa pers, dikutip Antara, 20 Januari 2022.

Selain di Sidoarjo, rare earth juga pernah teridentifikasi di sejumlah wilayah di Indonesia seperti Sumatera, Kalimantan, dan Jawa, totalnya ada 28 daerah.

Lalu apa sebenarnya rare earth itu? Benarkah logam yang satu ini memiliki nilai yang sangat potensial?

Baca juga: Logam Lumpur Lapindo Lebih Mahal dari Emas, Ini Kata Pakar Unair

Dosen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi dari Universitas Airlangga (Unair) Ganden Supriyanto menjelaskan, logam tanah jarang atau rare earth di dalam rumus kimia sistem periodik termasuk ke dalam golongan lantanida dan aktinida.

Selain masuk ke dalam golongan lantanida dan aktinida, logam tanah jarang juga disebut sebagai logam transisi.

Rare earth termasuk jenis logam yang potensial karena dapat digunakan untuk teknologi tinggi seperti campuran logam pada bidang meteorologi.

Logam tanah jarang ini sangat penting kaitannya pada beberapa bidang tertentu seperti bidang meteorologi untuk pembuatan pesawat luar angkasa, lampu energi tinggi, dan semi konduktor," ucap Ganden dilansir dari laman Unair.

Itulah mengapa rare earth bisa dihargai sangat mahal, bahkan bisa melebihi emas dan platina. Gaden menambahkan, rare earth merupakan jenis logam lantanida dan aktinida yang meliputi beberapa logam di dalamya seperti litium dan scandium.

Logam itulah yang ditemukan di lumpur Lapindo Sidoarjo. Bagi yang belum mengetahui, litium banyak digunakan sebagai bahan pembuatan baterai, terutama baterai mobil listrik.

Melihat perkembangan teknologi ke depan di mana kendaraan listrik makin banyak di gunakan, keberadaan logam tanah jarang tentu menjadi hal yang sangat penting.

Baca juga: Lumpur Lapindo: Penyebab, Dampak, Ganti Rugi, hingga Temuan “Harta Karun” Logam Tanah Jarang

Tidak hanya litium, scandium juga banyak digunakan sebagai bahan pembuatan lampu berteknologi tinggi. Sebab scadium memiliki daya tahan yang kuat, sehingga logamnya tidak meleleh meskipun lampu tersebut memiliki watt yang sangat tinggi.

Selain dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan lampu berteknologi tinggi, scandium juga banyak digunakan untuk semi konduktor.

“Penemuan logam tanah jarang di Lumpur Lapindo Sidoarjo memiliki potensi pemanfaatan yang sangat besar karena bernilai tinggi dan sangat penting untuk teknologi tinggi ke depan,” tutupnya.

Tangkapan layar Google Maps area semburan lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa timurGoogle maps Tangkapan layar Google Maps area semburan lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa timur

Negara produsen rare earth

Seperti diberitakan Kompas.com (24/1/2022), China merupakan negara produsen rare earth terbesar di dunia. Pada 1993, produksi rare earth di dunia dikuasai oleh negeri tirai bambu dengan menguasai 83 persen produksi rare earth dunia.

Baca juga: Mengenal Rare Earth, Potensi Logam Tanah Jarang di Lumpur Lapindo

Amerika Serikat menyusul dengan 33 persen, Australia 12 persen, dan masing-masing lima persen dari Malaysia serta India. Beberapa negara lain sepertiBrasil, Kanada, Afrika Selatan, Sri Lanka, dan Thailand, mengisi sisanya.

Di tahun 2008, jumlah produksi rare earth dari China semakin tinggi dengan menyumbang lebih dari 90 persen produksi rare earth dunia. Pada 2011 China bahkan menyumbang 97 persen dari produksi dunia.

Mulai 1990 dan seterusnya, pasokan REE menjadi masalah karena pemerintah Cina mulai mengubah jumlah REE yang diizinkan untuk diproduksi dan diekspor. Pemerintah China juga mulai membatasi jumlah perusahaan patungan China dan China-asing yang dapat mengekspor REE dari China.

(Sumber:Kompas.com/Sandra Desi Caesaria, Nur Fitriatus Shalihah | Editor : Ayunda Pininta Kasih, Rendika Ferri Kurniawan)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com