Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa yang Baru Lulus Sarjana Bakal Alami "Fresh Graduate Syndrome", Apa Itu?

Kompas.com - 18/01/2022, 18:23 WIB
Kompasianer Fatimah Firdaus,
Farid Assifa

Tim Redaksi

Sumber Kompasiana

KOMPAS.com - Perasaan galau dan suram dalam menghadapi masa depan kerap dirasakan calon fresh graduate jenjang sarjana.

Menjadi calon atau sudah menjadi fresh graduate itu rasanya "nano-nano".

Di satu sisi, senang karena sudah berhasil melewati masa-masa penuh tantangan dan ujian serta memperoleh gelar baru.

Namun di sisi lain, mereka juga sedih karena harus siap menghadapi dunia baru yang lebih menantang, atau bahkan "terancam" menambah daftar pengangguran terdidik.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa pengangguran di Indonesia pada Agustus 2020 mencapai 9,77 juta orang.

Penggangguran tersebut naik 2,67 juta orang dibanding tahun sebelumnya salah satunya disebabkan oleh pandemi Covid-19.

Baca juga: BUMN Kawasan Industri Buka Lowongan Kerja Bagi Lulusan IT, Tertarik?

Fresh Graduate Syndrome

Agung Setiyo Wibowo dalam bukunya, Mantra Kehidupan: Sebuah Refleksi Melewati Fresh Graduate Syndrom dan Quarter Life Crisismengistilahkan kegalauan yang dialami para mahasiswa tingkat akhir ataupun lulusan sarjana baru dengan "Fresh Graduate Syndrome".

Ia mengartikannya sebagai suatu sindrom yang penuh turbulensi mental dan ketidakpastian arus gelombangnya.

Sindrom ini tak hanya dirasakan ketika awal lulus kuliah, tapi juga dapat dirasakan saat mulai menyelesaikan skripsi atau tugas akhir, jengah dengan pekerjaan pertama, dan lain sebagainya.

Fresh Graduate Syndrome memang tidak dirasakan oleh semua sarjana baru. Namun, pada umumnya, para calon dan atau sarjana baru merasakan sindrom ini dengan tingkat kegalauan yang berbeda-beda.

Agung menyebutkan sejumlah indikator Fresh Graduate Syndrome yang banyak dirasakan oleh lulusan sarjana baru saat ini, antara lain:

1. Belum memiliki tujuan hidup yang jelas setelah lulus

2. Kurang percaya diri dengan kompetensi diri

3. Merasa hampa dan cemas berlebihan

4. Tertekan secara sosial yang mempertanyakan status diri

Halaman:
Sumber Kompasiana
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com