Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Deodoran Memicu Kanker Payudara? Ini Penjelasannya

Kompas.com - 11/12/2021, 06:05 WIB
Maya Citra Rosa

Penulis

KOMPAS.com - Bau badan seringkali menjadi masalah bagi setiap orang, sehingga menggunakan deodoran adalah cara yang banyak digunakan saat ini.

Namun penggunaan deodoran juga banyak menuai polemik, karena dinilai dapat memicu kanker.

Ahli radiasi chirag Shah juga berkata bahwa banyak orang menilai deodoran bisa memicu kanker payudara karena kandungan antiperspiran di dalamnya.

Benarkah deodoran bisa menyebabkan kanker payudara?

Profesor biologi di North Carolina State University, Heather Patisau, mengatakan beberapa senyawa dalam deodoran bisa mengganggu fungsi hormon reproduksi dan perkembangan tubuh.

Di sisi lain, jaringan ketiak juga mengandung reseptor hormon yang dapat bereaksi terhadap beberapa bahan deodoran dan antiperspiran.

Karena itu, deodoran bisa memicu risiko gangguan reproduksi dan kanker.

Deodoran juga mengandung sneyawa alumunium yang aktif bekerja untuk menyumbat setiap saluran keringat di ketiak.

Dengan begitu, keringat tidak mencapai permukaan kulit dan meninggalkan dengan bekas keringat memalukan yang menodai pakaian.

Baca juga: Deodoran Bisa Memicu Kanker Payudara, Begini Alasannya

Senyawa aluminium biasanya digunakan dalam antiprespiran untuk mencegah produksi keringat berblebih.

Penggunaan antiprespiran yang terlalu sering dapat menyebabkan aluminium menumpuk di jaringan payudara.

Hal ini bisa menyebabkan ketidakstabilan gen dalam jaringan payudara yang memicu pertumbuhan tumor atau sel kanker.

Selain itu, terlalu banyak aluminium dalam tubuh juga dapat menyebabkan penyakit tulang atau demensia. Biasanya, kelebihan aluminium disaring keluar dari tubuh oleh ginjal.

Jadi, orang dengan fungsi ginjal yang lemah tidak dapat menyaring aluminium dengan cukup cepat. Namun, jika Anda memiliki fungsi ginjal normal, ginjal biasanya dapat memproses jumlah aluminium dari antiperspiran dan kosmetik yang diserap melalui kulit.

Inilah sebabnya mengapa Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS mengharuskan produsen deodoran atau antiperspiran untuk memasukkan peringatan khusus untuk orang dengan penyakit ginjal.

Sama halnya dengan alumunium, paraben juga dapat diserap oleh kulit dan menganggu fungsi hormon.

Baca juga: Ramai soal Tawas untuk Deodoran Disebut Picu Kanker, Ini Penjelasan Dokter

Paraben dapat meningkatkan fungsi hormon estrogen, hormon wanita yang penting untuk perkembangan seksual, kesehatan payudara, dan fungsi tubuh lainnya.

(Sumber: Kompas.com Penulis Ariska Puspita Anggraini | Editor Ariska Puspita Anggraini)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com