KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 masih belum berakhir. Virus Corona terus bermutasi di berbagai negara.
Virus Corona Delta AY.4.2 atau yang disebut juga sebagai Delta Plus telah terdeteksi di Malaysia.
Hal itu disampaikan oleh pemerintah Malaysia melalui akun Twitter resmi Kementerian Kesehatan Malaysia, @KKMalaysia, pada 6 November 2021.
Sampai saat ini, setidaknya terdapat dua kasus infeksi Delta Plus yang terkonfirmasi ditemukan di Negeri Jiran.
Kedua kasus infeksi Delta Plus yang ditemukan di Malaysia itu dialami dua pelajar Malaysia yang baru saja pulang dari Inggris.
Sebagaimana diberitakan KOMPAS.com pada Kamis (11/11/2021), berikut ini 5 fakta virus Corona Delta AY.4.2:
Baca juga: Peneliti: Vaksin Covid-19 Kombinasi Ampuh Cegah Penularan Virus Corona
Virus Corona Delta Plus adalah hasil mutasi dari varian Delta yang awalnya terdeteksi di Inggris dan masuk dalam daftar variant of concern WHO pada Mei 2021 lalu.
Akan tetapi, dilansir dari BBC melalui KOMPAS.com, subvarian Delta AY.4.2 atau Delta Plus mulai ditemukan sejak Juli 2021 dan kini jumlah infeksinya semakin mendominasi.
Di Inggris, kasus infeksi Delta AY.4.2 sempat mendominasi, bahkan lebih banyak dari jumlah infeksi yang disebabkan oleh Covid-19 varian Delta.
Subvarian Delta Plus dibedakan dari dua mutasi pada protein lonjakannya. Kedua protein lonjakan itu disebut Y145H dan A222V.
Meski begitu, tidak ada mutasi dalam domain pengikatan reseptor yang merupakan bagian dari lonjakan yang mengikat reseptor tertentu pada sel manusia untuk mulai menginfeksi.
Oleh karena itu, tidak dapat dibenarkan jika subvarian Delta Plus menjadi penyebab utama lonjakan kasus di sejumlah tempat, termasuk di Inggris.
Baca juga: Waspada Varian Baru Virus Corona AY.4.2, Perketat Prokes
Dilansir Medical News Today melalui KOMPAS.com, Direktur University College London (UCL) Genetics Institute, Prof Francois Balloux mengatakan, Covid-19 subvarian Delta Plus memiliki kemungkinan 10 persen lebih mudah menular daripada Covid-19 varian Delta.
Dilansir dari Aljazeera melalui KOMPAS.com, WHO menyebut subvarian Delta Plus telah tersebar di setidaknya 42 negara di dunia, termasuk Inggris, India, Israel, Amerika Serikat, dan Rusia.
Akan tetapi, Inggris mendominasi sebesar 96 persen dari total infeksi yang ditemukan di berbagai negara di dunia.