Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Saling Bongkar Aib di Panggung Politik

Kompas.com - 01/09/2023, 16:50 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

ADA keyakinan mewabah di panggung politik bahwa kekuasaan merupakan tujuan utama politik maka harus dicapai dengan menghalalkan segala cara.

Etika dan akhlak malah dianggap sebagai penghambat, maka hukumnya wajib disingkirkan dari jalur perjalanan politik para politisi sejati.

Ukuran keberhasilan politik kekuasaan justru terletak pada kemampuan dan kemauan mengabaikan etika dan akhlak itu sendiri.

Loyalitas dianggap anakronis sebab hanya dilakukan oleh para politisi konyol sudah kedaluwarsa belaka. Mudarat loyalitas sama sekali tidak berarti dibandingkan dengan manfaat kekuasaan!

Demi menentukan siapa berhak duduk di tahta kekuasaan di semesta yang disebut sebagai demokrasi, secara berkala diselenggarakan apa yang disebut sebagai pemilihan umum yang disingkat menjadi pemilu.

Pada kenyataan memang pemilu kerap diejawantahkan menjadi perilaku yang memilukan lubuk sanubari mereka yang masih memiliki nurani.

Sepak-terjang bergaya Kurawa versi Wayang Purwa dan Rahwana versi Ramayana Walmiki menjelang pemilu makin merajalela di panggung politik perebutan kekuasaan.

Kejujuran Yudhistira adalah benda asing yang aneh di tengah kemelut serba ketidak-jujuran perilaku politisi profesional.

Satu di antara beragam akrobat memilukan di panggung perebutan kekuasaan pada masa pemilu adalah fenomena hari ini teman menjadi lawan serta esok hari lawan menjadi teman dengan jurus saling bongkar aib di panggung politik perebutan tahta kekuasaan.

Sungguh memilukan tatkala menyaksikan bagaimana manusia bisa menjadi sedemikian sempurna lupa daratan akibat mabuk kekuasaan sehingga tega menghalalkan segala cara termasuk secara sempurna melanggar sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab maupun moral Kesetiakawanan dalam merebut maupun mempertahankan apa yang disebut sebagai kekuasaan.

Para politisi sedemikian rakus kekuasaan sehingga tega menunaikan jurus saling bongkar aib demi membunuh karakter pihak pesaing pemilu agar tidak dipilih oleh rakyat.

Saling bongkar aib di panggung politik bersuasana paradoks horor karena masing-masing pembongkar aib ganas membongkar aib pihak lawan dalam bentuk korupsi, sementara sang pembongkar aib belum tentu tidak melakukan korupsi lebih parah ketimbang korupsi yang dilakukan oleh pihak lawan.

Tuduhan korupsi menjadi senjata pamungkas sakti-mandraguna dengan gaya mafiosi take it or leave it secara bukan hanya mengancam, namun bahkan menyudutkan pihak lawan politik agar menghentikan perlawanan politiknya demi segera mengubah sikap diri dari lawan menjadi teman!

Pekik perjuangan “Merdeka atau Mati!” masa kini telah bertransformasi menjadi slogan politik “Lu bongkar gue atau gue bongkar lu !”

Pendek kata akibat kemelut deru campur berpercik keringat, air mata dan darah dalam saling bongkar aib di panggung politik perebutan kekuasaan, maka KPK dan Bareskrim menjadi ultra sibuk melayani gelora semangat para politisi untuk saling melapor demi saling menjatuhkan, bahkan saling memusnahkan para lawan politik masing-masing.

Setelah 78 tahun merdeka dengan berhasil mengusir penjajah dari bumi Indonesia, sekarang bangsa Indonesia sibuk memecah-belah diri sendiri dengan asyik saling bongkar aib dengan sesama warga Indonesia demi ganas memperebutkan tahta kekuasaan di panggung politik transaksional.

Akibat tenggelam dalam rasa prihatin, maka mohon dimaafkan bahwa naskah ini tidak saya tutup dengan pekik merdeka.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com