Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Silvanus Alvin
Dosen

Silvanus Alvin adalah dosen di Universitas Multimedia Nusantara (UMN) dan penulis buku Komunikasi Politik di Era Digital: dari Big Data, Influencer Relations & Kekuatan Selebriti, Hingga Politik Tawa.

Pers Vs Influencer: Siapa Paling Berpengaruh di Pemilu 2024?

Kompas.com - 17/05/2023, 12:15 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PEMILU (pemilihan umum) merupakan momen penting dalam sistem demokrasi di mana masyarakat memiliki kesempatan untuk memilih wakil mereka dalam pemerintahan. Dalam konteks pemilu dan dalam kaitan dengan komunikasi politik, pers memainkan peran sentral serta krusial dalam menyampaikan informasi, memengaruhi opini publik, dan membentuk iklim politik yang sehat.

Pada Pemilu 2024, pers diharapkan memiliki peran yang lebih signifikan dalam menghubungkan kandidat dengan pemilih. Namun, perlu diperhatikan bahwa dalam era digital saat ini, para influencer juga menjadi opinion maker yang memiliki pengaruh kuat terhadap keputusan publik.

Baik pers maupun influencer, akan saling ‘berebut pengaruh’. Dalam konteks ini, maka penting untuk ditelaah secara mendalam. Pertama-tama, peran pers dalam komunikasi politik Pemilu 2024 sangatlah penting.

Baca juga: Industri Konten Palsu Ancam Kebebasan Pers

Pers berfungsi sebagai jembatan utama antara kandidat dan pemilih. Melalui berbagai saluran informasi seperti pers (surat kabar, televisi, radio, dan platform online) menyampaikan berita, wawancara, debat, dan pemetaan kebijakan dari kandidat. Dengan memberikan cakupan yang luas dan mendalam, pers memungkinkan pemilih untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang visi, platform, dan kebijakan kandidat yang bersaing.

Tidak lupa, pers juga sejatinya dapat menghidupkan kembali roh watchdog, melalui laporan investigasi. Melalui investigasi, pers juga memiliki kekuatan untuk mengungkap skandal politik, korupsi, atau ketidakjujuran yang dapat memengaruhi opini publik dan memengaruhi pemilih dalam memilih calon yang tepat.

Kedua, pers memiliki peran sebagai pengawas dan penjaga demokrasi. Fakta dan verifikasi harus menjadi dua elemen utama yang menjadi napas dari pers. Keduanya sangatlah penting di era pasca-kebenaran di mana misinformasi maupun disinformasi mengancam

Pers wajib serta bertanggung jawab untuk memeriksa klaim-klaim yang dibuat oleh kandidat. Di saat bersamaan, penyajian berita harus berisi fakta-fakta yang dapat membantu pemilih dalam membuat keputusan yang cerdas.

Dalam pemilu yang kompetitif, pers dapat berfungsi sebagai forum debat yang adil dan seimbang, di mana para kandidat dapat saling berhadapan dan mengemukakan argumen mereka secara langsung kepada pemilih. Dengan melakukan tinjauan mendalam terhadap kebijakan dan rencana calon, pers membantu masyarakat untuk mengevaluasi calon berdasarkan substansi dan kemampuan mereka dalam memimpin. Kedua hal di atas menjadi keniscayaan.

Ilustrasi influencerShutterstock Ilustrasi influencer
Pengaruh Influencer dalam Pemilu

Dalam era digital yang semakin maju, peran pers dalam komunikasi politik tidak lagi menjadi satu-satunya sumber informasi. Para influencer, terutama di media sosial, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap opini publik.

Mereka yang disebut influencer pada umumnya memiliki basis pengikut yang besar dan didukung oleh loyalitas yang kuat dari pengikut mereka. Para influencer ini dapat memainkan peran sebagai opinion maker dengan menyampaikan pendapat, membagikan informasi, atau merekomendasikan kandidat tertentu kepada pengikut mereka.

Dalam beberapa kasus, para influencer bahkan dianggap memiliki kekuatan yang lebih besar dalam memengaruhi keputusan publik dibandingkan dengan pers tradisional. Hal Ini disebabkan oleh alasan-alasan tertentu.

Baca juga: Hari Kebebasan Pers Sedunia 2023: Tema Tahun Ini dan Sejarahnya

Pertama, para influencer memiliki hubungan yang lebih dekat dengan pengikut mereka. Mereka sering kali membangun hubungan personal dan interaktif dengan pengikut mereka melalui komentar, pesan langsung, atau siaran langsung. Hal ini menciptakan rasa kepercayaan dan keintiman yang membuat pengikut lebih cenderung menerima dan mempercayai pendapat atau rekomendasi yang disampaikan oleh influencer.

Kedua, influencer seringkali memiliki reputasi dan kepribadian yang menarik serta pengetahuan yang spesifik di bidang tertentu. Mereka membangun audiens dengan minat yang sama, dan pengikut cenderung memandang mereka sebagai otoritas atau ahli dalam bidang tersebut.

Akibatnya, ketika influencer menyampaikan pesan politik, itu dapat memengaruhi pengikut mereka dengan lebih kuat karena dianggap sebagai saran yang terpercaya dan kompeten.

Ketiga, influencer mampu mengangkat satu isu dan mendapat sorotan publik secara luas. Kemampuan untuk viral yang dimiliki influencer dipengaruhi oleh algoritma dan fitur-fitur platform media sosial.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com