KOMPAS.com - Nama Abdullah Mudzakir (18) baru-baru ini menjadi sorotan publik.
Hal ini lantaran, siswa SMK asal Semarang tersebut berhasil menemukan "bug" langka dalam sistem keamanan Google, perusahaan terkemuka di dunia.
Berkat penemuannya tersebut, Abdullah mendapatkan penghargaan sebesar 5.000 dollar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp 76 juta dari perusahaan teknologi ternama itu.
Lantas, bagaimana kisah Abdullah Mudzakir hingga ia bisa mendapatkan apresiasi dari perusahaan teknologi terkemuka tersebut?
Baca juga: 20 SMK Terbaik di Indonesia Berdasarkan Nilai UTBK 2022
Abdullah Mudzakir atau sering disapa Dzakir, merupakan siswa kelas XII dari jurusan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) di SMKN 8 Kota Semarang.
Sebelum memilih untuk menjadi hacker, Dzakir awalnya masuk dalam dunia komputer lantaran tertarik untuk mempelajari progamming. Namun dalam perkembangannya, karena dirasa tidak cocok, akhirnya beralih untuk menjadi hacker.
"Pertama itu saya di programming dulu, terus saya coba belajar buat website sendiri dan ngerasa nggak cocok di programming. Lalu pindah ke networking (jaringan) hp, wifi, ruter, dipelajari terus masih enggak cocok," kata Dzakir kepada Kompas.com, Rabu (8/3/2023).
Baca juga: 4 Dugaan Kebocoran Data yang Dibeber Hacker Bjorka
"Belajar jaringan itu awalnya pengen masuk ke (Teknik Jaringan dan Komputer) TKJ di Ungaran. Tapi karena merasa kurang menantang akhirnya coba hacking," tambahnya.
Pengenalannya dengan dunia hacking berawal dari seringnya mengakses salah satu grup Facebook yang membagikan hasil hacking di sebuah website.
"Grup ini membagikan hasil hacking-nya dengan merubah tampilan-tampilan di website, dan mulai saat itu ia tertarik dengan hacking.
Baca juga: Ciri-ciri WhatsApp Kena Hack dan Cara Melaporkannya
Sebelum Google, Dzakir mengaku sudah sering melaporkan bug bounty ke perusahaan-perusahan lain di Indonesia dan luar negeri.
Bug bounty adalah program yang memungkinkan peretas atau hacker untuk mendeteksi dan memperbaiki bug sebelum diketahui oleh publik.
Enam bulan pertama sewaktu mempelajari bug bounty, Dzakir mengaku tidak menemukan apa-apa. Lalu beberapa waktu kemudian, ia mendapatkan sesuatu di website Provinsi Jawa Tengah.
"Sejak saat itu, saya semakin tertantang," katanya.
Setelah puas dengan website di Indonesia, ia memutuskan untuk mencari bug bounty di perusahan-perusahan luar.