KOMPAS.com - Sebuah unggahan media sosial menyebut Burberry menuntut 200 sekolah di Korea Selatan yang menggunakan motif kotak-kotak legendaris perusahaan mode tersebut.
Dalam unggahan ini, seorang warganet mengungkap 200 sekolah di Korea Selatan harus mengganti seragam lama mereka yang memakai pola kotak-kotak khas Burberry.
Burberry nuntut 200 sekolah di Korea Selatan yang pake pattern/pola Burberry check
Pola tersebut udah didaftarin jadi trademark sama Burberry
Burberry menang dan mulai tahun ajran 2023, sekolah yg pake seragam dengan pola mirip dengan Burberry Check harus ganti seragamnya pic.twitter.com/6LUfgou16b
— Bintang (@tang__kira) February 17, 2023
Penggantian itu dilakukan karena pola kotak-kotak yang ada pada seragam lama merupakan motif paten milik perusahaan mode Burberry.
Media Korea Selatan Daum juga memberitakan (17/2/2023) hal tersebut, pergantian seragam yang dilakukan mulai 2023 ini mendapat banyak protes dari wali murid dan para siswa.
Para murid menyukai pola kotak-kotak khas Burberry itu dan bahkan sengaja masuk ke sekolah yang mempunyai seragam tersebut.
Di sisi lain, wali murid terpaksa mengeluarkan Rp 4-5 juta lagi demi seragam baru.
Lalu, apa sebenarnya motif kotak-kotak legendaris khas Burberry itu dan mengapa sekolah di Korea Selatan dilarang memakainya?
Baca juga: Sejarah Paris Fashion Week, Pekan Mode Dunia yang Diadakan sejak 1973
Namun, sejarah perusahaan Burberry ada jauh sebelum itu.
Menurut Grailed (7/12/2017), Burberry pertama kali didirikan oleh Thomas Burberry pada 1856 sebagai sebuah toko pakaian di London.
Thomas Burberry membutuhkan waktu 20 tahun hingga tokonya dikenal luas masyarakat Inggris.
Saat itu, mantel sepanjang lutut yang tahan air buatan Burberry menjadi baju standar bagi para perwira selama Perang Dunia I.
Pada 1920-an, Burberry mulai melirik terobosan mode berikutnya dengan motif ikoniknya, Burberry Check. Pola kotak-kotak ini merupakan adaptasi dari motif khas Skotlandia.
Burberry membuat kreasi baru dengan warna dasar krem, dan garis-garis hitam, merah, serta putih yang membentuk kotak-kotak. Motif ini awalnya hanya dijahitkan ke dalam mantel perusahaan.
Namun, seorang pelanggan Burberry bernama Jacqueline Dillemman mempunyai ide untuk mengubah kain kotak-kotak di mantel itu menjadi penutup tas dan payung.