Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Aksi Penganiayaan di Titik Nol Jogja, Kriminolog: Pencegahan Bukan Hanya Penindakan

Kompas.com - 11/02/2023, 08:30 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Video komplotan remaja melakukan aksi kriminal jalanan di Titik Nol Kilometer Yogyakarta viral di media sosial.

Dalam video itu, sekelompok pemuda melakukan penganiayaan menggunakan senjata tajam sambil mengendarai motor pada Selasa (7/2/2023) 04.30 WIB.

Dilansir dari Kompas.com (10/2/2023), Polresta Yogyakarta sudah menangkap enam pelaku penganiayaan di kawasan Titik Nol Kilometer Kota Yogyakarta yang sempat viral di media sosial beberapa waktu lalu.

Setelah video penganiayaan viral, Polresta Yogyakarta melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan mendapatkan identitas korban, yaitu GN, MK, FN, YG, LT, dan TN.

Aksi kriminal seperti yang dilakukan remaja di jalan ini sering dikenal dengan sebutan klitih. Sehingga begitu video menjadi viral, warganet pun kembali memperbincangkan soal klitih

Meski begitu, Kapolresta Yogyakarta Kombes Pol Saiful Anwar menyebut penganiayaan dengan senjata tajam di Titik Nol Km ini memiliki pola yang berbeda dengan motif kejahatan jalanan yang sering terjadi di Kota Yogyakarta.

Pada Jumat (10/2/2023), Saiful menjelaskan bahwa peristiwa ini tidak termasuk kejahatan jalanan yang umumnya dilakukan secara acak. 

Aksi penganiayaan di jalanan bukan kali pertama ini terjadi. Lantas bagaimana penanganan dan pencegahan aksi kriminalitas tersebut?

Baca juga: Viral, Video Klitih Nekat Beraksi di Titik Nol Jogja, Ini Kronologinya


Adanya stigma buruk

Jika memperbincangkan soal klitih, kriminolog sekaligus dosen Universitas Padjadjaran Yesmil Anwar mengungkapkan bahwa klitih tidak selalu berarti negatif.

"Klitih ini kelompok orang yang suka mencari angin, jalan-jalan santai, kelihatan tidak bertujuan. Biasanya yang suka gitu remaja," jelasnya saat dihubungi Kompas.com, Jumat (10/2/2023).

Ia menjelaskan lebih lanjut kalau Yogyakarta banyak terdapat klitih karena warga yang tinggal di sana cenderung heterogen. Orang-orang ini berasal dari pendatang ke provinsi itu. Mereka memiliki banyak budaya dan bertemu di Yogyakarta.

Yesmil Anwar mengungkap, klitih dulu bukanlah istilah yang berati buruk seperti saat ini. Mereka hanya anak muda yang suka nongkrong saja. Namun, karena berkelompok, klitih dikonotasikan sebagai geng remaja.

"Proses pemberian stigma kepada masyarakat urban society di pinggiran kota," lanjutnya.

Baca juga: Rentetan Pembunuhan dan Tindak Kriminal Sadis, Apa yang Terjadi?

Yesmil menyebut, klitih memiliki arti buruk usai ada oknum yang mulai melakukan tindak kekerasan dan kejahatan saat sedang klitih atau nongkrong. Kelompok ini merusak norma baku kedamaian dalam masyarakat.

Oknum remaja yang suka berbuat kekerasan melakukannya untuk adu kehebatan diri antara kelompok lainnya. Mereka mencari orang terkuat di antara para kelompok anak jalanan.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com