KOMPAS.com - Stephen Hawking, seorang jenius yang mendedikasikan hidupnya untuk mengungkap rahasia alam semesta, lahir pada 8 Januari 1942, tepat 81 tahun yang lalu.
Kelahirannya bertepatan dengan peringatan 300 tahun kematian astronom, filsuf, dan fisikawan Italia, Galileo Galilei.
Ilmuwan asal Inggris ini meninggal dunia pada 14 Maret 2018 di usia 76 tahun, yang juga merupakan hari ulang tahun fisikawan Albert Einstein.
Kebetulan-kebetulan ini membuat orang beranggapan bahwa sains adalah takdir dan bagian dari Stephen Hawking.
Sosok Hawking identik dengan penampilan di atas kursi roda. Hal ini lantaran penyakit amyotrophic lateral sclerosis (ALS) yang menyerang dan membuat Hawking lumpuh.
Baca juga: Stephen Hawking Meramal Kiamat
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Penemuan Berlian Terbesar di Alam Semesta
Dilansir dari Kompas.com (14/3/2018), Hawking mempelajari ilmu fisika di University College. Padahal saat itu, sang ayah memintanya belajar pengobatan.
Setelah lulus, pria kelahiran Oxford, Inggris ini mulai meneliti kosmologi di Cambridge University.
Pada awal 1963, Hawking yang saat itu akan berulang tahun ke-21 didiagnosis mengidap ALS, yakni penyakit sistem saraf yang melemahkan otot-otot dan memengaruhi fungsi fisik pengidapnya.
Semula, Hawking dikira hanya akan bertahan hidup selama dua tahun. Ternyata, dia mampu hidup hingga usia 76 tahun.
Baca juga: Seorang Wanita Bisa Mengendus Parkinson, Apakah Penyakit Bisa Mengeluarkan Bau?
Kendati begitu, ALS yang diderita Hawking benar-benar berdampak pada hidupnya. Dia perlahan-lahan kehilangan kemampuan untuk bergerak dan harus memakai kursi roda.
Pada 1985, Hawking harus menjalani operasi trakeostomi yang membuatnya kehilangan kemampuan untuk berbicara.
Untungnya, sebuah alat yang dibuat oleh Cambridge University membantu Hawking untuk berkomunikasi. Hawking pun bisa memilih kata-katanya hanya dengan menggerakkan otot pada pipi.
Baca juga: Sinopsis The Theory of Everything, Kisah Hidup Stephen Hawking
Dia pun berhipotesis, jika alam semesta memiliki awal yaitu Big Bang, maka ia akan memiliki akhir juga.
Hawking juga bekerja sama dengan pakar kosmologi Roger Penrose dan mendemonstrasikan Teori Relativitas Umum Albert Einstein yang menunjukkan bahwa ruang angkasa dan waktu dimulai pada kelahiran alam semesta dan berakhir dengan lubang hitam.
Baca juga: Selain Udang Asal Sulawesi, Ini 5 Hewan di Indonesia yang Terancam Punah