Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Empat Harapan Tahun Baru 2023

Kompas.com - 31/12/2022, 06:48 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEBAGAI hadiah akhir tahun 2022, sang kelirumolog sejarah merangkap maha guru sejarah kemerdekaan saya, Batara Hutagalung mengoreksi kekeliruan saya dalam menulis naskah tentang Perdana Menteri Belanda Mark Rutte memohon maaf atas angkara murka Belanda menjajah Indonesia selama ratusan tahun (Kompas.com 26 Desember 2022 “Kekesatriaan serta Kemanusiaan Adil dan Beradab”)

Agar tidak lanjut keliru, saya copas koreksi pak Batara terhadap saya sebagai berikut:

"Selamat siang Pak Jaya, Saya sudah membaca naskah Pak Jaya di Kompas.com. Mohon maaf, sebagai “Kelirumolog,” saya melihat Pak Jaya termasuk 95% rakyat Indonesia yang mendapat informasi yang keliru mengenai pernyataan PM Belanda Mark Rutte. Saya juga sudah membaca berita mengenai hal ini di berbagai media di Indonesia. Semua yang saya baca, keliru memberitakan inti pidato Mark Rutte. Semua media memberitakan, bahwa pemerintah Belanda juga meminta maaf kepada Indonesia atas penjajahan dan pebudakan. Saya sertakan rekaman pidato lengkap Mark Rutte hari Senin tanggal 19.12.2022, bertempat di Gedung Arsip Nasional di Den Haag, Belanda. Dia menyampaikan pidato selama 20 menit. Dalam pidatonya, dia menyampaikan permintaan maaf kepada sejumlah negara bekas jajahan Belanda, atas *peran Belanda dalam perdagangan budak* yang berlangsung selama 250 tahun. Atas nama pemerintah Belanda, dia menyampaikan permintaan maaf atas kesengsaraan yang ditimbulkan akibat perbudakan yang berlangsung di 7 negara di Amerika Tengah dan Selatan, yaitu Suriname, Curacao, St. Maarten, Aruba, Bonaire, Sabah dan St. Eustatius. Negara-negara tersebut di masa kolonialisme Belanda dinamakan Netherlands West Indie_ (India Barat). Mark Rutte samasekali tidak menyinggung masa kolonialismenya. Dia tidak menyebut negara-negara/daerah-daerah asal para budak di Afrika dan tidak meminta maaf kepada negara-negara asal para budak. Dia juga tidak menyebut nama negara-negara di Asia Selatan dan Asia Tenggara di mana Belanda juga melakukan perdagangan budak sejak tahun 1600 sampai 1862, antara lain Indonesia, yang di masa kolonialisme Belanda dinamakan _Nederlands Indië_ (India Belanda). Wakil Presiden Ma’ruf Amin termasuk yang terkecoh dengan pemberitaan media2 di Indonesia, yang menulis, bahwa pemerintah Belanda meminta maaf atas kolonialisme dan perbudakan di Indonesia. Salam hormat. Batara Hutagalung."

Saya berterima kasih atas hadiah koreksi pak Batara Hutagalung. Namun terlepas dari kekeliruan wishfull thinking terhadap permintaan maaf PM Belanda, sebagai warga Indonesia, saya tetap berharap sang kepala kerajaan Belanda minta maaf atas penjajahan terhadap Indonesia maupun kepala negara Indonesia berkenan minta maaf atas pembinasaan jutaan warga Indonesia oleh sesama warga Indonesia pascamalapetaka G30S 1965 dan tragedi Mei 1998.

Atas nama para sanak keluarga jutaan warga Indonesia yang terbunuh pada masa penjajahan Belanda maupun pada masa pascaprahara G30S 1965 serta tragedi Mei 1998, saya mengharapkan Insya Allah, PM Belanda berkenan memohon maaf atas penjajahan Nusantara serta Presiden Indonesia berkenan meminta maaf atas pembunuhan jutaan warga Indonesia oleh sesama warga Indonesia di masa lalu agar jangan sampai terulang terjadi kembali di masa depan.

Masih ada dua harapan Tahun Baru 2023 lainnya, yaitu semoga kasus tragedi Kanjuruhan dan prahara pembunuhan Brigadir Joshua tidak akan terulang terjadi kembali di negeri gemah ripah loh jinawi, tata tenteram kerta raharja tercinta kini ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com