KOMPAS.com - Subvarian baru Omicron BF.7 saat ini menjadi salah satu varian yang tengah mendominasi di Beijing China.
Upaya pelonggaran pembatasan Covid-19 di China belakangan membuat kasus di negara itu mengalami lonjakan hingga rumah sakit benar-benar kewalahan.
Seorang epidemiolog Eric Feigl-Ding bahkan memperkirakan 60 persen warga China kemungkinan besar akan terinfeksi selama tiga bulan ke depan.
Apa itu Omicron BF.7 dan gejalanya?
Baca juga: Subvarian Baru Omicron BF.7 Picu Lonjakan di China, Ini Gejalanya
Dikutip dari Firstpost, BF.7 atau BA.5.2.1.7 adalah varian turunan dari Omicron BA.5.
Menurut salah satu laporan di China, varian BF.7 memiliki kemampuan infeksi terkuat, bahkan lebih dari berbagai subvarian Omicron yang sempat membuat lonjakan kasus di negara tersebut sebelumnya.
China juga melaporkan bahwa BF.7 lebih cepat menular dibandingkan dengan varian lain.
Selain itu, varian ini memiliki masa inkubasi yang lebih singkat dan memiliki kemampuan untuk menginfeksi mereka yang sebelumnya sudah pernah terinfeksi, baik karena infeksi Covid-19 maupun yang sudah divaksin.
Diyakini BF.7 memiliki R0 atau bilangan reproduksi dasar 10 hingga 18,6.
Jumlah tersebut lebih tinggi dari Omicron yang memiliki rata-rata R0 5,08.
Selain itu, BF. 7 juga memiliki lebih banyak mutasi pada protein lonjakannya dibanding versi induknya, sehingga lebih mematikan bagi mereka yang telah divaksinasi penuh terhadap infeksi virus.
Baca juga: Update Corona 15 Desember 2022: Muncul Subvarian Baru BF.7 di Inggris
Sejumlah negara Eropa lain, seperti Belgia, Jerman, Perancis, dan Denmark juga telah melaporkan serupa.
Meski demikian, meskipun varian ini cukup mengkhawatirkan di China, meskipun sejauh ini perkembangan varian cenderung stabil di negara lain.
Sebagai contoh, di AS diperkirakan varian ini mencapai 5,7 persen infeksi pada 10 Desember 2022 lalu.