Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Sesar Cugenang, Patahan Baru yang Diidentifikasi BMKG Usai Gempa Cianjur

Kompas.com - 09/12/2022, 13:00 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan adanya Sesar Cugenang yang teridentifikasi usai adanya gempa Cianjur, Jawa Barat.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, sesar tersebut merupakan sesar baru yang diidentifikasi oleh BMKG.

“Patahan Cugenang merupakan patahan aktif yang baru teridentifikasi. Di Indonesia ada 295 patahan aktif, namun Patahan Cugenang belum termasuk teridentifikasi. Ini baru ditemukan,” terang Dwikorita dalam konferensi pers, Kamis (8/12/2022), sebagaimana disimak melalui kanal Youtube @infobmkg.

Ia menyampaikan, identifikasi sesar atau zona patahan tersebut penting sebagai bahan pertimbangan rekonstruksi pembangunan kembali rumah-rumah yang terdampak gempa.

“Zona patahan penting untuk rekonstruksi kembali, zona patah harus dikosongkan,” terang Dwikorita

Ia menyampaikan, jika di daerah sekitar patahan tersebut tetap dibangun hunian, maka suatu saat akan bergeser kembali dan kurang lebih 20 tahun rumah-rumah di sekitarnya akan kembali runtuh akibat adanya gempa berulang.

Baca juga: Apa Itu Sesar Lembang yang Lokasinya Berdekatan dengan Sesar Cimandiri?


Wilayah Sesar Cugenang

Zona patahan Cugenang ditunjukkan Dwikorita melalui sebuah gambar elevasi pengambilan foto dari udara.

Dwikorita menyampaikan sejumlah desa yang berada di sepanjang wilayah Sesar Cugenang yakni membentang dari Desa Nagrak, Desa Cibulakan, Desa Benjot, Desa Sarampad, Desa Mangunkerta, Desa Nyalindung, Desa Cibeureum, Desa Ciputri, dan Desa Ciherang.

Zona Cigenang tersebut ditunjukkan dengan garis merah putus-putus.

kawasan yang masuk zona Sesar CugenangBMKG kawasan yang masuk zona Sesar Cugenang

“Sepanjang garis putus-putus ini nantinya harus kosong dari hunian. Tidak boleh dibangun lagi. Dikosongkan sepanjang garis putus-putus ini ke kanan dan ke kiri kurang lebih 300-500 meter,” ujarnya.

Lebih lanjut Dwikorita menyampaikan, pertimbangan penetapan Sesar Cugenang tersebut dilakukan berdasarkan focal mechanism dan sebaran gempa susulan yang direkam BMKG.

Selain itu juga didasarkan pada pelamparan kemenerusan retakan permukaan tanah.

Serta pelacakan kerusakan bangunan dan titik longsor dan kelurusan morfologi atau liniament.

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono menyampaikan, sejumlah daerah yang harus direlokasi terkait Sesar Cugenang yakni seluas 8,09 km persegi.

Adapun hunian di wilayah itu ada sekitar 1.800 rumah di zona bahaya patahan geser Cugenang yang meliputi Desa Talaga, Sarampad, Nagrak dan Cubulakan.

Lebih lanjut dirinya juga menyampaikan bahwa hingga Kamis (8/12/2022) pukul 12.00 WIB, gempa susulan di Cianjur telah mencapai lebih dari 402 kali gempa.

Gempa tersebut saat ini semakin melemah secara fluktuatif dan dengan frekuensi kejadian yang semakin jarang.

“Magnitudo terbesar 4,3 dan terkecil 1,0,” ujar Daryono.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

KAI Sediakan Fitur 'Connecting Train' untuk Penumpang yang Tidak Dapat Tiket di Stasiun

KAI Sediakan Fitur "Connecting Train" untuk Penumpang yang Tidak Dapat Tiket di Stasiun

Tren
Daftar Dugaan Keterlibatan Keluarga SYL dalam Pencucian Uang, Digunakan untuk Skincare dan Renovasi Rumah

Daftar Dugaan Keterlibatan Keluarga SYL dalam Pencucian Uang, Digunakan untuk Skincare dan Renovasi Rumah

Tren
Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Tren
Benarkah Tidur di Kamar Tanpa Jendela Berakibat TBC? Ini Kata Dokter

Benarkah Tidur di Kamar Tanpa Jendela Berakibat TBC? Ini Kata Dokter

Tren
Ini Daftar Kenaikan HET Beras Premium dan Medium hingga 31 Mei 2024

Ini Daftar Kenaikan HET Beras Premium dan Medium hingga 31 Mei 2024

Tren
Ramai soal Nadiem Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris, Ini Kata Kemendikbud Ristek

Ramai soal Nadiem Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris, Ini Kata Kemendikbud Ristek

Tren
Media Korsel Soroti Pertemuan Hwang Seon-hong dan Shin Tae-yong di Piala Asia U23

Media Korsel Soroti Pertemuan Hwang Seon-hong dan Shin Tae-yong di Piala Asia U23

Tren
10 Ras Anjing Pendamping yang Cocok Dipelihara di Usia Tua

10 Ras Anjing Pendamping yang Cocok Dipelihara di Usia Tua

Tren
5 Manfaat Kesehatan Daging Buah Kelapa Muda, Salah Satunya Menurunkan Kolesterol

5 Manfaat Kesehatan Daging Buah Kelapa Muda, Salah Satunya Menurunkan Kolesterol

Tren
Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Tren
PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

Tren
UKT Unsoed Tembus Belasan-Puluhan Juta, Kampus Sebut Mahasiswa Bisa Ajukan Keringanan

UKT Unsoed Tembus Belasan-Puluhan Juta, Kampus Sebut Mahasiswa Bisa Ajukan Keringanan

Tren
Sejarah dan Makna Setiap Warna pada Lima Cincin di Logo Olimpiade

Sejarah dan Makna Setiap Warna pada Lima Cincin di Logo Olimpiade

Tren
Ramai Anjuran Pakai Masker karena Gas Beracun SO2 Menyebar di Kalimantan, Ini Kata BMKG

Ramai Anjuran Pakai Masker karena Gas Beracun SO2 Menyebar di Kalimantan, Ini Kata BMKG

Tren
Kenya Diterjang Banjir Bandang Lebih dari Sebulan, 38 Meninggal dan Ribuan Mengungsi

Kenya Diterjang Banjir Bandang Lebih dari Sebulan, 38 Meninggal dan Ribuan Mengungsi

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com