KOMPAS.com - Sorotan dunia tengah tertuju pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali pada 15-16 November 2022.
Salah satu isu yang dibicarakan dalam KTT G20 Bali adalah invasi Rusia ke Ukraina.
Berikut ringkasan dari apa yang telah dikatakan pemimpin dunia terkait Rusia-Ukraina, dikutip dari Aljazeera:
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy meminta para pemimpin G20 untuk mengadopsi rencana perdamaian 10 poin, serta mengakhiri perang secara adil, berdasarkan Piagam PBB dan hukum internasional.
"Ukraina tidak boleh ditawarkan untuk membuat kompromi dengan hati nurani, kedaulatan, wilayah, dan kemerdekaannya. Kami menghormati aturan dan kami memegang kata-kata kami," kata Zelenskyy melalui video.
Dia menolak negosiasi apa pun yang serupa dengan kesepakatan antara kedua negara pada 2014, setelah Rusia mencaplok Krimea dan mendukung separatis pemberontak di wilayah Donbas, Ukraina.
"Kami tidak akan membiarkan Rusia menunggu, membangun pasukannya, dan kemudian memulai serangkaian teror baru dan destabilisasi global," jelas dia.
"Rupanya, kata-kata Rusia tidak dapat dipercaya, dan tidak akan ada Minsk 3 yang akan dilanggar Rusia segera setelah penandatanganan," sambungnya.
Zelenskyy juga menyerukan agar semua tawanan perang Ukraina dibebaskan, pemulihan keamanan radiasi di Zaporizhzhia, dan kesepakatan ekspor biji-bijian Laut Hitam yang dimediasi Turki.
Baca juga: Rusia Bantah Laporan Rudal Hantam Polandia, NATO Hati-hati Beri Tanggapan
Berbicara kepada wartawan di sela-sela KTT, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, mengatakan Ukraina menolak untuk berbicara dengan Moskow dan telah mengedepankan kondisi perdamaian yang tidak realistis.
Menurutnya, setiap pembaruan kesepakatan ekspor biji-bijian Laut Hitam bergantung pada penghapusan hambatan ekspor biji-bijian dan pupuk Rusia.
Rusia telah lama mengeluhkan hambatan untuk ekspor semacam itu, meskipun mereka tidak secara langsung dihukum dengan sanksi Barat.
Presiden Joko Widodo menyerukan persatuan saat membuka KTT G20.
"Kita tidak punya pilihan lain, kolaborasi diperlukan untuk menyelamatkan dunia. G20 harus menjadi katalis untuk pemulihan ekonomi yang inklusif," kata Jokowi.
"Kita seharusnya tidak membagi dunia menjadi beberapa bagian. Kita tidak boleh membiarkan dunia jatuh ke dalam perang dingin lainnya," tambahnya.