KOMPAS.com - Siapa yang bisa menahan sakitnya patah hati? Sayangnya, hampir semua orang harus melalui patah hati setidaknya sekali dalam hidupnya.
Menurut penelitian yang dilansir dari The Guardian, patah hati bisa menyebabkan berbagai gangguan mental dan fisik, mulai dari mual, gelisah, insomnia, hingga gangguan depresi.
Bahkan dalam kasus yang sangat parah, sindrom patah hati bisa membuat jantung berhenti memompa darah akibat syok emosional. Hal ini, bisa menyebabkan kematian.
Karena hal inilah, lantas muncul istilah, "Patah hati bisa membunuhmu..."
Lantas, apakah patah hati bisa disembuhkan? Dan dengan cara apa?
Baca juga: Didi Kempot dan Ratusan Lagu Patah Hati yang Bikin Ambyar...
Penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan Spanyol menemukan bahwa propofol, yaitu obat penenang yang biasa digunakan untuk anestesi, bisa digunakan untuk mematikan sementara ingatan menyakitkan yang melingkupi momen patah hati.
Para partisipan diinjeksi dengan obat tersebut beberapa saat setelah mereka menceritakan pengalaman patah hatinya.
24 jam kemudian, partisipan mengakui bahwa ingatan "mengerikan" soal patah hati mereka berkurang meski tak total hilang.
Dilansir dari sumber yang sama, The Guardian, tujuan para peneliti adalah untuk menekan post-traumatic stress disorder (PTSD), namun pemakaian propofol ternyata ikut menekan berbagai ingatan menyakitkan lain selain yang menimbulkan patah hati.
Dr Bryan Strange, pemimpin studi, mengatakan, "Menggabungkan anestesi dengan membangkitkan memori yang bermuatan emosional merusak ingatan berikutnya. Kita perlu mendapatkan seperangkat kriteria orang yang mengidentifikasi orang-orang yang bekerja dengan baik, dan di mana manfaatnya membenarkan risiko anestesi. Mungkin ada orang yang patah hati begitu menyedihkan sehingga kriterianya terpenuhi."
Baca juga: Bagaimana Cara Mengatasi Sedih dan Terpuruk karena Patah Hati?
Selain obat anestesi, ilmuwan lain pun mengembangkan berbagai aplikasi ponsel seperti Mend, Rx Breakup dan Break-Up Boss. Aplikasi ini membantu seseorang melalui patah hatinya dengan menyarankan berbagai aktivitas yang bisa menekan rasa sakit.
Sedangkan studi di tahun 2017, menemukan beberapa latihan otak yang bisa digunakan menekan memori menyakitkan atau memori memalukan pasca patah hati.
Helen Fisher, ahli antropologi biologi, menghabiskan empat dekade mempelajari efek cinta pada otak manusia. Pada satu titik dia menemukan, kehilangan seseorang yang kita cinta memiliki efek yang sama dengan sakau karena kecanduan zat adiktif.
"Ketika sudah patah hati, seseorang tak bisa keluar hidup-hidup. Seseorang yang ditolak cintanya, memiliki aktivitas otak layaknya sakau dan terobsesi," ujar Fisher.
Baca juga: Kesepian Lebih Mempercepat Penuaan Dibanding Kebiasaan Merokok
Fisher menambahkan, mereka juga menemukan bahwa ada sensasi sakit pada fisik yang disertai anxiety, sebagai respons tubuh terhadap kehilangan seseorang yang mereka cintai.