Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asteroid yang Musnahkan Dinosaurus 66 Juta Tahun Lalu Picu Tsunami Raksasa

Kompas.com - 05/10/2022, 13:30 WIB
Rendika Ferri Kurniawan

Penulis

KOMPAS.com - Sebuah studi baru-baru ini mengungkap bahwa asteroid yang menghantam Bumi dan memunahkan dinosaurus 66 juta tahun yang lalu juga menciptakan tsunami global.

Para peneliti mempelajari sedimen kuno dari lebih 100 situs di seluruh dunia untuk melihat seekstrem apa gelombang yang menghancurkan tersebut.

Hasil studi mereka dipresentasikan pada acara pertemuan Persatuan Geofisika Amerika pada 2019 dan dipublikasikan minggu ini di jurnal AGU Advances.

"Tsunami ini cukup kuat untuk mengikis sedimen yang ada di cekungan laut di belahan dunia, meninggalkan celah dalam sedimen atau tumpukan sedimen yang lebih tua,” kata Molly Range, paleoceanographer di University of Michigan dan penulis utama studi tersebut, dalam sebuah rilis resmi.

Ketika asteroid menghantam di era Cretaceous akhir, dinosaurus seperti Edmontosaurus, Triceratops, dan Tyrannosaurus masih hidup.

Namun, asteroid tersebut diperkirakan telah membunuh lebih dari tiga perempat kehidupan di Bumi. Di antara mereka yang selamat adalah nenek moyang burung dan manusia modern.

Baca juga: Kota Padang Berpotensi Tsunami, BMKG Dorong Tsunami Ready Community

Tsunami Chicxulub

Dikutip dari Gizmodo, Tim Molly melihat lapisan geologis yang terkait dengan dampak asteroid dan dampak langsungnya yang dikenal sebagai batas K-Pg (Cretaceous-Paleogene).

Mereka kemudian membandingkan distribusi sedimen aktual pada batas 120 K-Pg di seluruh dunia dengan model yang mereka buat untuk merekonstruksi gelombang besar yang mungkin disebabkan oleh asteroid Chicxulub.

Selanjutnya, model rambatan gelombang atau propagasi tsunami dibuat dalam dua tahap. 

Hasil menunjukkan bahwa sekitar 2,5 menit setelah tumbukan asteroid, dinding air setinggi 2,8 mil terbentuk dan terdorong keluar.

Padahal, sebagaimana diketahui, gelombang tertinggi yang pernah tercatat adalah setinggi 1.719 kaki yang disebabkan oleh gempa bumi di Alaska pada 1958. 

Kemudian, empat jam setelah tumbukan Chicxulub, gelombang tsunami mencapai Samudera Pasifik melalui Central American Seaway.

Sehari setelah tumbukan, gelombang tsunami yang melintasi Atlantik dan Pasifik akan tiba di Samudra Hindia.

Pendamping peneliti Brian Arbic yang juga merupakan ahli kelautan fisik di University of Michigan mengatakan, catatan geologi menguatkan apa yang diprediksi oleh model simulasi tersebut.

Misalnya, situs K-Pg di Selandia Baru sekitar 7.500 mil dari Yucatán tempat asteroid menghantam yang ditemukan terkena gangguan signifikan akibat gelombang tersebut.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com