Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suharso Monoarfa dan "Amplop Kiai" yang Membuatnya Diberhentikan dari Ketua Umum PPP

Kompas.com - 06/09/2022, 20:27 WIB
Retia Kartika Dewi,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.comSuharso Monoarfa diberhentikan dari posisi Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Senin (5/9/2022). 

Pemberhentian Suharso merupakan hasil Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) PPP yang dihadiri pimpinan wilayah 29 provinsi, Majelis Syariah, Majelis Kehormatan, Majelis Pertimbangan, banom, serta pimpinan DPP PPP.

Dalam Mukernas itu juga memilih dan menetapkan H. Muhammad Mardiono sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum DPP PPP dengan sisa masa bakti 2020-2025.

Dalam penjelasannya, pimpinan majelis berkesimpulan bahwa telah terjadi sorotan dan kegaduhan PPP secara meluas yang tertuju kepada Suharso Monoarfa secara pribadi dengan masyarakat Indonesia, yang merupakan pemilih dan simpatisan PPP, atau boleh dikatakan umat yang sayang dan peduli pada eksistensi dan marwah PPP sebagai wadah perjuangan politik umat Islam Indonesia.

Apa yang menyebabkan Suharso Monoarfa diberhentikan dari Ketua Umum DPP PPP?

Baca juga: Suharso Monoarfa Diberhentikan dari Ketum PPP


Pidato soal "amplop kiai"

Diketahui, Suharso sempat menjadi sorotan karena menyampaikan kerap diminta memberi amplop berisi uang untuk para kiai.

Kejadian itu dialaminya ketika melakukan kunjungan ke berbagai pesantren.

Pernyataan Suharso disampaikan saat mengikuti Pembekalan Antikorupsi Partai Politik di gedung ACLC, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kuningan, Jakarta Selatan, 15 Agustus 2022.

Dalam acara yang dapat disaksikan melalui kanal Youtube ACLC KPK di menit 59 itu, Suharso menceritakan pengalamannya saat menjadi Pelaksana tugas Ketua Umum PPP.

Saat itu, kata dia, dirinya mesti bertandang ke beberapa kiai pada pondok pesantren besar.

"Demi Allah dan Rasulnya terjadi. Saya datang ke kiai dengan beberapa kawan, lalu saya pergi begitu saja. Ya saya minta didoain, kemudian saya jalan,” ujar Suharso.

“Tak lama kemudian, saya dikirimi pesan WhatsApp, 'pak Plt tadi ninggalin apa nggak untuk kiai', saya pikir ninggalin apa, saya nggak merasa tertinggal sesuatu di sana," tambahnya.

Setelah itu Suharso diingatkan bahwa jika bertemu dengan kiai harus meninggalkan 'tanda mata'.

"'Kalau datang ke beliau beliau itu mesti ada tanda mata yang ditinggalkan'. Wah saya enggak bawa. Tanda matanya apa? sarung? peci? Al-Quran atau apa? 'Kayak nggak ngerti aja pak Harso ini',” paparnya.

“Dan itu di mana-mana setiap ketemu, nggak bisa, bahkan sampai hari ini kalau kami ketemu di sana, kalau salaman-nya enggak ada amplop-nya, itu pulangnya itu sesuatu yang hambar. Ini masalah nyata yang kita hadapi saat ini," jelasnya.

Baca juga: Polemik Amplop Kiai, Suharso Monoarfa Minta Maaf

Halaman:

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com