Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Analisis Gempa Magnitudo 5,3 di Selatan Pulau Jawa Pagi Ini

Kompas.com - 28/08/2022, 07:20 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gempa berkekuatan magnitudo 5,3 mengguncang Samudera Hindia di Selatan Pulau Jawa pada pukul 03.49 WIB.

Episenter gempa terletak pada jarak 315 kilometer arah barat daya Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dengan kedalaman 36 kilometer.

Koordinator Mitigasi Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono mengatakan, gempa ini merupakan jenis gempa dangkal.

"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempabumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi dangkal," kata Daryono saat dikonfirmasi Kompas.com, Minggu (28/8/2022).

Menurutnya, gempa Bantul pagi ini disebabkan adanya aktivitas deformasi kerak bumi di zona outer rise lempeng Indo-Australia.

Ia menuturkan, sumber gampa Bantul kali ini pernah memicu adanya tsunami di selatan Pulau Jawa pada 1921.

Baca juga: Alami Kerugian Miliaran Rupiah, Warga Bantul Laporkan Investasi Minyak Goreng


Sementara itu, hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa Bantul memiliki mekanisme kombinasi penyesaran dengan pergerakan mendatar dan turun (Oblique Normal).

Berdasarkan peta tingkat guncangan (shakemap), gempa ini tidak dirasakan di daratan pulau Jawa, karena episenternya yang jauh dari daratan.

"Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempabumi tersebut," jelas dia.

Ia juga menjelaskan, hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa ini tidak berpotensi tsunami.

Dari hasil monitoring BMKG hingga pukul 04.40 WIB, belum ada aktivitas gempa susulan atau after shock.

Sebagai informasi, wilayah Bantul pernah diguncang gempa magnitudo 5,59 pada 27 Mei 2006.

Tercatat, intensitas gempa tersebut sekitar VII MMI yang dapat menimbulkan kerusakan pada konstruksi rumah maupun bangunan.

Baca juga: Tagih Utang Sambil Rampas Kalung dan HP, Pria di Bantul Ditangkap Polisi

Akibat gempa itu, lebih dari 5.800 orang meninggal dunia dan 20.000 orang mengalami luka-luka.

Harian Kompas, 28 Mei 2006, menggambarkan, korban meninggal dunia pada umumnya karena tertimpa bangunan yang roboh, sementara korban luka-luka juga banyak terjadi karena kepanikan yang luar biasa.

Sebab, kepanikan itu muncul karena ada isu tsunami sehingga membuat lalu lintas jalan raya menjadi kacau, dan menyebabkan kecelakaan yang membuat warga terluka.

Semua rumah sakit pemerintah dan swasta juga penuh dengan korban gempa. Rumah sakit itu umumnya tak sanggup lagi menampung korban, sehingga pasien dirawat di halaman.

Korban meninggal banyak yang langsung dimakamkan keluarganya dengan sederhana karena sebagian besar masyarakat tak lagi berada di rumah mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Apa yang Terjadi pada Tubuh Ketika Begadang Setiap Hari?

Apa yang Terjadi pada Tubuh Ketika Begadang Setiap Hari?

Tren
Peneliti Temukan Bakteri 'Vampir' Mematikan yang Makan Darah Manusia

Peneliti Temukan Bakteri "Vampir" Mematikan yang Makan Darah Manusia

Tren
8 Buah yang Dapat Meningkatkan Trombosit, Cocok untuk Penderita DBD

8 Buah yang Dapat Meningkatkan Trombosit, Cocok untuk Penderita DBD

Tren
Benarkah Jamu Jahe dan Kunyit Bisa Mengobati Jerawat? Ini Penjelasan Dokter

Benarkah Jamu Jahe dan Kunyit Bisa Mengobati Jerawat? Ini Penjelasan Dokter

Tren
Ramai soal Anak 4 Tahun Bertunangan di Madura, Ini Penjelasan Guru Besar Universitas Trunojoyo

Ramai soal Anak 4 Tahun Bertunangan di Madura, Ini Penjelasan Guru Besar Universitas Trunojoyo

Tren
Terbaru, Inilah Daftar Pinjaman Pribadi dan Investasi Ilegal yang Diblokir OJK per Maret 2024

Terbaru, Inilah Daftar Pinjaman Pribadi dan Investasi Ilegal yang Diblokir OJK per Maret 2024

Tren
Lion Air Tidak Bertanggung Jawab atas Hilangnya Uang Penumpang yang Disimpan Dalam Koper, Ini Alasannya

Lion Air Tidak Bertanggung Jawab atas Hilangnya Uang Penumpang yang Disimpan Dalam Koper, Ini Alasannya

Tren
Ramai soal Cara Mengetes Refleks Moro pada Bayi, Dokter Anak Ingatkan Hal Ini

Ramai soal Cara Mengetes Refleks Moro pada Bayi, Dokter Anak Ingatkan Hal Ini

Tren
5 Fakta Penipuan Katering di Masjid Sheikh Zayed Solo, Kerugian Capai Rp 960 Juta

5 Fakta Penipuan Katering di Masjid Sheikh Zayed Solo, Kerugian Capai Rp 960 Juta

Tren
Penjelasan KCIC soal Indomaret Buka Toko di Dalam Kereta Cepat Whoosh

Penjelasan KCIC soal Indomaret Buka Toko di Dalam Kereta Cepat Whoosh

Tren
Ditutup Besok, Ini Daftar Kereta yang Dapat Diskon 20 Persen dari KAI

Ditutup Besok, Ini Daftar Kereta yang Dapat Diskon 20 Persen dari KAI

Tren
Gunung Taishan Memiliki 6.660 Anak Tangga, Kaki Pengunjung Gemetar hingga Sebagian Harus Ditandu

Gunung Taishan Memiliki 6.660 Anak Tangga, Kaki Pengunjung Gemetar hingga Sebagian Harus Ditandu

Tren
7 Masalah Perilaku pada Anjing Peliharaan dan Cara Mengatasinya

7 Masalah Perilaku pada Anjing Peliharaan dan Cara Mengatasinya

Tren
Kemenhub Buka 18.017 Formasi CASN 2024, Ini Rincian dan Syaratnya

Kemenhub Buka 18.017 Formasi CASN 2024, Ini Rincian dan Syaratnya

Tren
Google Pecat 28 Karyawan yang Protes Perusahaan Punya Kontrak dengan Israel

Google Pecat 28 Karyawan yang Protes Perusahaan Punya Kontrak dengan Israel

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com