Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jawaban Mendag dan Penyebab Harga Telur Ayam Naik

Kompas.com - 28/08/2022, 07:00 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Telur ayam menjadi komoditas yang mengalami kenaikan harga dalam beberapa waktu terakhir. 

Berdasarkan data di laman Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP) Kementerian Perdagangan, harga telur ayam di tingkat pengecer naik sebesar Rp 6,83 persen hingga 26 Agustus 2022.

Bahkan, harga telur ayam di beberapa daerah luar Jawa bahkan menyentuh angka Rp 35.000 per kilogram.

Baca juga: Harga Telur Naik, Emak-emak: Sama Kami yang Miskin, Terasa Itu...

Penjelasan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan

Soal gejolak harga telur ayam, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan awal pekan ini menyebut kenaikan yang terjadi saat ini tidak parah.

Selain itu dia meminta agar masyarakat tidak terlalu memikirkan dan meributkan kenaikan harga telur ayam ini.

"Oh itu (kenaikan harga) enggak seberapa kok. Jangan diributkan yah," ujarnya di Jakarta, Selasa (23/8/2022).

Padahal, Ketua Paguyuban Peternak Rakyat Indonesia (PPRN) Alvino Antonio sebelumnya menyatakan, harga telur ayam naik tertinggi sepanjang sejarah.

Menurut Alvin, kenaikan harga telur ayam di pasar didorong oleh kenaikan harga di tingkat peternak.

Baca juga: Harga Terigu hingga Telur Naik, Pengusaha Roti Rp 1.000-an Menjerit: Begini Terus Bisa Gulung Tikar

Mensos: Dipengaruhi bansos

Sementara itu, Zulkifli menilai bahwa kenaikan harga telur ayam kali ini dipicu oleh bantuan sosial (bansos) Kementerian Sosial (Kemensos).

Zulkfli menuturkan, pengadaan untuk bansos tersebut membuat permintaan telur ayam terus melonjak.

Apalagi, bansos baru cair setelah 3 bulan lamanya.

"Ini rapel uangnya (uang bansos) tiga bulan agak banyak, jadi ada permintaan selama lima hari mendadak, pasar kurang pasokannya. Biasa kalau pasokan kurang dikit, kaget, harga naik," ujar Zulhas dikutip dari Antara.

Ia menjelaskan, fakta itu ia temukan setelah bertemu dengan para perwakilan pengusaha telur.

Saat pertemuan itu, pelaku usaha meminta agar skema penyaluran bansos dibuat secara periodik agar produksi dapat mencukupi permintaan.

"Sarannya, bisa tidak bansos tiap bulan karena telur itu kan tidak bisa cepat. Jadi kalau bisa tiap bulan, sehingga ketika dibelanjakan tidak ada permintaan yang mendadak banyak," jelas dia.

Baca juga: Disebut Tertinggi dalam Sejarah, Ini Harga Telur Ayam Ras di Berbagai Daerah

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com