KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo mengatakan, sekitar 553 juta jiwa terancam kemiskinan ekstrem akibat krisis pangan, energi, dan keuangan global yang tak terkendali.
Krisis global ini dipicu salah satunya oleh perang di Ukraina di saat pemulihan perekonomian setelah pandemi Covid-19 yang belum sepenuhnya membaik.
"107 negara terdampak krisis, sebagian di antaranya diperkirakan jatuh bangkrut. Diperkirakan 553 juta jiwa terancam kemiskinan ekstrem, dan 345 juta jiwa terancam kekurangan pangan dan kelaparan," kata Jokowi di Sidang Tahunan MPR-RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (16/8/2022).
Meskipun dalam kondisi sulit, pihaknya bersyukur Indonesia mampu menghadapi krisis global tersebut.
Menurutnya, Indonesia berhasil mengendalikan inflasi pada kisaran 4,9 persen, jauh di bawah rata-rata inflasi ASEAN di angka 7 persen.
Baca juga: Jokowi: Hukum Harus Ditegakkan Seadil-adilnya Tanpa Pandang Bulu!
Angka tersebut juga jauh di bawah negara-negara maju yang mengalami inflasi pada kisaran 9 persen.
Jokowi menuturkan, APBN Indonesia hingga pertengahan 2022 juga masih surplus Rp 106 triliun.
"Oleh karena itu, pemerintah mampu memberikan subsidi BBM, elpiji, listrik sebesar Rp 502 triliun di tahun 2022 ini agar harga BBM di masyarakat tidak melambung tinggi," jelas dia.
Ia menjelaskan, perkonomian Indonesia juga berhasil tumbuh positif di angka 5,44 persen pada kuartal kedua 2022.
Selain itu, neraca perdagangan juga surplus selama 27 bulan berturut-turut. Khusus semester pertama 2022, angka surplus tersebut mencapai Rp 364 triliun.
"Capaian tersebut patut kita syukuri. Fundamental ekonomi Indonesia tetap sangat baik di tengah perekonomian dunia yang sedang bergolak," ujarnya.
Baca juga: Kenakan Baju Adat Paksian Warna Hijau, Jokowi: Melambangkan Kerukunan dan Kesejukan