Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER TREN] Penjelasan Mengenai Otak Brigadir J yang Berpindah ke Perut | Dampak Badai Matahari bagi Bumi

Kompas.com - 04/08/2022, 05:30 WIB
Inten Esti Pratiwi

Penulis

KOMPAS.com - Meski hasil otopsi kedua Brigadir J belum resmi keluar, namun bocoran kabar mengenai otak Brigadir J yang berpindah ke perut menjadi perbincangan hangat di masyarakat.

Banyak masyarakat yang penasaran, bagaimana organ di dalam kepala bisa berpindah ke dalam perut.

Karena itulah, berita mengenai penjelasan dokter ahli forensik terhadap kasus tersebut menjadi berita terpopuler laman Tren sepanjang Rabu (4/8/2022).

Selain itu, ada pula berita mengenai mitigasi bencana terkait potensi gempa dan tsunami Cilacap dan dampak badai Matahari terhadap Bumi yang juga menjadi berita terpopuler Tren.

Berikut selengkapnya:

1. Ramai soal otak Brigadir J yang ada di perut

Warganet ramai memperbincangkan soal bocoran hasil otopsi kedua Brigadir J, yaitu mengenai organ otak Brigadir J yang pindah ke perut dan tidak berada di dalam rongga kepala.

Banyak warganet yang mempertanyakan bagaimana organ yang ada di kepala bisa berpindah sangat jauh hingga merosot ke dalam perut.

Terkait hal ini, dokter ahli forensik dari Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret (UNS), dr Novianto Adi Nugroho, mengatakan bahwa proses pemindahan otak jenazah dari kepala ke perut adalah hal yang biasa, dan tidak ada aturan khusus.

Mengenai penjelasan lebih detail, ada di artikel berikut: 

Ramai soal Otak Brigadir J Berada di Perut Saat Otopsi Kedua, Begini Penjelasan Dokter Forensik

2. Penduduk surga sebagian besar bangsa Indonesia, kecuali...

Tulisan kolom oleh Ari Junaedi, Dokter Komunikasi Politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama ini juga menjadi berita terpopuler laman Tren. 

Kabar sedih dikatakan masih terus ada di bumi Indonesia. Salah satunya soal tiga warga di Distrik Kuyawage, Kabupaten Lany Jaya, Papua yang meninggal dunia dan ratusan lainnya menderita karena kelaparan akibat musibah kekeringan yang terjadi sejak awal Juni lalu.

Merujuk data Word Food Programme (WFP), Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut jumlah orang yang mengalami kerawanan pangan atau kelaparan akut di tingkat global melonjak lebih dari dua kali lipat sejak 2019 atau sebelum pandemi Covid-19.

Saat ini, jumlah warga yang mengalami kerawanan pangan akut mencapai 276 juta.

Berita penemuan timbunan bantuan sosial sembako presiden yang berisikan beras, tepung terigu dan telur di Depok, Jawa Barat pada 29 Juli 2022 lalu, adalah sebuah ironi di sela berita kelaparan yang masih ada di sana-sini. 

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com