Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Menghayati Hakikat Ideologi

Kompas.com - 15/07/2022, 10:38 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

JOHN Lennon begitu geram terhadap angkara murka antarnegara saling berperang sehingga menggubah lagu Imagine berandaikatamologi betapa indah kehidupan andai kata tidak ada negara di dunia ini.

Memang antarnegara saling berperang bahkan sesama warga bangsa menyelenggarakan perang saudara sekadar akibat perbedaan paham terhadap sesuatu tak benda yang disebut sebagai ideologi.

Pada hakikatnya, ideologi merupakan sebuah terminologi politik yang berasal dari bahasa asing yang di masa kini popular di seluruh pelosok planet bumi termasuk Indonesia.

Ideologi adalah suatu jenis filsafat atau pemikiran manusia di mana unsur- unsur praktikal setara dengan teoritikal dalam sistem gagasan-gagasan untuk menjelaskan hakikat das Sein mau pun das Sollen sebagai pedoman untuk ikhtiar mengubah kenyataan menjadi lebih baik.

Ideologi membentuk prinsip-prinsip operasional untuk menyelenggarakan sebuah negara dan bangsa.

Istilah ideologi pertama kali muncul di atas panggung politik pada masa Revolusi Perancis diperkenalkan oleh filosof Perancis, Destutt de Tracy sebagai terminologi untuk “ilmu tentang gagasan“.

Ideologi versi de Tracy berakar pada epistemologi John Locke dan Etienne Bonnot de Condillac yang menganggap segenap ilmu pengetahuan manusia pada hakikatnya adalah ilmu pengetahuan gagasan.

Namun dalam konsteks tujuan sebenarnya pemikiran De Tracy lebih dekat ke pemikiran Francis Bacon yang mengharapkan misi sains bukan hanya terbatas memperluas wawasan ilmu pengetahuan, namun juga memperbaiki kehidupan umat manusia di planet bumi.

Para sejarawan menyebut abad XIX sebagai abad ideologi karena memang pada masa itu pemikiran bersifat kenegaraan mulai membedakan demi melepaskan diri dari pemikiran sosial masa lalu.

Namun pemaknaan ideologi tetap merupakan upaya kontroversial yang berakar pada hakikat inti makna ideologi yang an sich multi kompleks serta perpetuum mobile tanpa henti terus menerus berkembang untuk berubah.

Secara lentur ideologi dapat didefinisikan sebagai teori pemikiran yang berorientasi pada upaya menerawang kemelut politik dengan menggunakan sistem gagasan.

Sementara secara lebih ketat ideologi masa kini dapat diidentifikasikan dengan lima karakteristika, yaitu keterkaitan manusia dengan lingkungan alam dan sosial, abstrak organisasi sosial dan politik, realisasi program sebagai perjuangan, menggalang komitmen rakyat, menggerakkan kaum intelektual dan budayawan untuk mendukung sosialisasi ideologi.

Berdasar lima karakteristika itu dapat disimpulkan bahwa ideologi seperti komunisme, sosialisme dan segenap jenisnya, fasisme, nazisme, nasionalisme, populisme, positifisme, liberalisme, konservatisme, demokrasi, totalitarianisme, globalisme, agrarianisme, komunisme, marhaenisme serta segenap jenis isme-isme bermunculan pada periode di mana keyakinan sekular mulai menggantikan peran utama keimanan agamawi di panggung politik dunia.

Pada hakikatnya nilai ideologi sama dengan pisau karena keduanya merupakan bukan tujuan, namun sekadar alat untuk mencapai tujuan yang positif-negatif, baik-buruk nilainya tergantung pada bagaimana manusia menggunakannya.

Seyogianya ideologi didayagunakan sebagai bukan tujuan, tetapi sekadar alat tentu saja bukan untuk menyengsarakan, namun justru menyejahterakan manusia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com