KOMPAS.com - Sri Lanka mengalami kebangkrutan karena krisis ekonomi terburuk sejak mendapat kemerdekaan dari Inggris pada 1948.
Krisis ekonomi ini membuat warga kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari lantaran minimnya bahan pangan, bahan bakar, dan obat-obatan di negara ini.
Imbasnya, ribuan penduduk pun berdemonstrasi dan menerobos Istana Kepresidenan, kediaman resmi Presiden Gotabaya Rajapaksa di Colombo, pada Sabtu (9/7/2022).
Berikut sejumlah fakta kondisi terbaru Sri Lanka:
Baca juga: Kenapa Sri Lanka Bisa Krisis dan Bangkrut sampai Warga Duduki Istana Presiden?
Sebagaimana diberitakan Kompas.com, (10/7/2022), ribuan warga yang marah dan tidak puas menyerbu Istana Kepresidenan Sri Lanka pada Sabtu (9/7/2022).
Mereka berhasil mendobrak barikade dan memanjat gerbang tinggi dengan bantuan truk polisi yang dirampas.
Saat para pengunjuk rasa menyerbu ke depan, para petugas polisi dan tentara tetap menjaga kediaman presiden, tanpa berusaha menyingkirkan warga.
Warga terlihat menikmati fasilitas di kediaman presiden, dari berolahraga di gym, berenang dan bermain air di kolam renang, hingga melahap makanan di dapur presiden.
Beberapa orang juga bergiliran untuk duduk di tempat tidur dan sofa-sofa mewah milik Presiden Rajapaksa.
Adapun Presiden Rajapaksa, dilaporkan telah melarikan diri beberapa saat sebelum massa berhasil menerobos masuk Istana Kepresidenan.
Baca juga: Presiden Sri Lanka Kabur, Parlemen Belum Terima Surat Pengunduran Diri
Hal tersebut diinformasikan oleh Ketua Parlemen Mahinda Yapa Abeywardena pada Sabtu (9/7/2022) malam.
Rajapaksa memberi tahu keputusan ini, usai Abeywardena menuliskan permintaan pengunduran diri presiden setelah pertemuan para pemimpin partai yang diadakan pada Sabtu petang.
Adapun dalam rapat, para pemimpin partai telah menuntut pengunduran diri segera Presiden Rajapaksa dan Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe.
Tuntutan tersebut sekaligus memberi jalan bagi Abeywardena untuk menjabat sebagai presiden sementara, sampai parlemen menunjuk seorang pengganti.