Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ronny P Sasmita
Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution

Penikmat kopi yang nyambi jadi Pengamat Ekonomi

Einstein Juga Manusia Biasa

Kompas.com - 11/07/2022, 14:28 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SAYA yakin ada banyak orang seperti saya di negeri ini, yang sejarah hidupnya tak serapi susunan alis mata emak-emak sosialita. Terlahir sebagai anak seorang guru di kampung, tak melemahkan hasrat saya untuk memberontak dari segala sesuatu yang berbau kerapian dan keteraturan ala para guru. Mungkin itu kesalahan atau sekedar neccesary mistakes, alias kesalahan yang diperlukan.

Saya belajar merokok di umur yang relatif muda. Risikonya, saya diam-diam harus ikut bekerja di sawah orang untuk dapat upah agar bisa membeli rokok atau mengganti uang SPP yang terpakai karena kalau tidak diam-diam akan mendapatkan celetukan orang kampung, "Ih anak guru kok begitu." Ya, begitulah. Memberontak memang jarang yang gratis. Ya toh!

Saya pun ikut bolos sekolah via panjat pagar di belakang sekolahan di hari senin, menghindari upacara, lalu dikejar-kejar guru. Nilai-nilai rapor yang persis bukit barisan tak beraturan, banyak lembah dan bukit, sangat tidak tertip. Menjadi juara kelas di cawu pertama, merosot ke rangking 3 atau 4 di cawu dua, dan keluar dari lima besar di cawu ketiga. Lalu memulai lagi pola yang sama setelah naik kelas. Tren nilai yang sangat "keriting" tersebut menjauhkan saya dari kesempatan untuk mengisi formulir mahasiswa panggilan ke kampus-kampus negeri favorit.

Tren keriting itu pula yang mengharuskan saya untuk "berkelahi" secara nekat di pentas persaingan nasional, yang dulu bernama UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Saya cukup yakin kala itu, Tuhan tak terlalu membenci saya sehingga keikutsertaan di dalam "perkelahian masal nasional" itu berbuah hasil baik. Nama saya ikut mejeng di koran untuk salah satu perguruan tinggi yang cukup populer di Bandung di saat pengumuman hasil UMPTN di tahun itu.

Seiring waktu berlanjut, kejutan demi kejutan setelah kemurungan demi kemurungan yang berpola acak terus terjadi. Di banyak kesempatan, diberi peluang belajar ke banyak tempat dan lokasi di berbagai belahan dunia. Tetapi di banyak kesempatan pula, saya merenungi bahwa saya sebenarnya tidak mengetahui akan menjadi apa pada ujungnya semua itu.

Jadi, pola yang demikian terpaksa saya biarkan saja berjalan bak air mengalir. Ternyata, pola yang sama terus terjaga dengan baik, layaknya hidup tukang gorengan dekat rumah saya, kadang laris dan sore sudah habis, kadang pula sepi sampai habis Isya belum juga beres. Begitulah hidup.

Namun sebagian hidup kawan-kawan seangkatan, yang iramanya terlalu "ngerock" seperti saya juga demikian. Ada yang sangat sukses, ada yang biasa-biasa saja. Begitu pula dengan yang super rapi irama hidupnya, layaknya lagu jazz yang akrab berselancar di telinga para orang kaya. Sebagian dari mereka ada yang terbilang sukses, tapi sebagian lagi rata-rata air saja.

Berhadapan dengan situasi demikian, sering kita dengar kata-kata bijak. Katanya, hidup seperti roda berputar. Kadang di bawah, kadang di atas. Karena itu, saat di bawah, jangan terlalu terpesona melihat ke atas. Saat di atas, jangan pernah lupa melihat ke bawah. Ada banyak pelajaran yang bisa kita petik dari kepingan-kepingan pengalaman yang telah kita alami, baik pengalaman saat di bawah atau saat di atas.

Meminjam terminologi religius, ada hikmah yang bisa kita ambil dari setiap kejadian. Petiklah dan simpan di dalam perpustakaan hidup kita masing-masing. Tapi tidak perlu meresa minder dengan lika-liku hidup. Toh memang begitulah namanya kehidupan.

Einstein pernah gagal ujian

Perkara sukses atau tidak, relatif sifatnya, tergantung posisi memandang. Bahkan, setelah mendapati hasil penelitian tentang hidup Eisntein, saya pun jadi lega bahwa tidak hanya orang seperti saya yang berlika-liku jalan hidupnya.

Jadi, beberapa waktu lalu, Priceton University Press menggagas proyek Digital Einstein, dengan tujuan menyelami tahun-tahun Einstein sebelum ketenarannya. Materi yang dikumpulkan adalah materi-materi yang diseleksi secara hati-hati dan pencatatannya dilakukan selama 25 tahun terakhir.

"Einstein juga seorang manusia biasa," demikian hipotesis mereka setelah menggali kehidupan personal ilmuwan fisika yang sohor dengan Teori Relativitas itu, di luar kehebatan, keberuntungan, dan kebesaran namanya.

Baca juga: Mengenang Albert Einstein dan Perjalanan Hidupnya...

Beberapa catatan yang ditemukan di luar arsip utama juga menunjukkan kehidupan "manusiawi" Einstein. Misalnya, Einstein pernah gagal ujian. Walaupun terkenal dengan kecerdasan dan kegeniusannya, Albert Einstein ternyata pernah gagal dalam ujian. Pada usia 16 tahun, Einstein mengikuti ujian agar diterima di sebuah universitas. Dalam ujian tersebut Einstein gagal dan tidak diterima sebagai mahasiswa di sana.

Telisik demi telisik, ujian yang dilakukan saat itu menggunakan bahasa Prancis dan Einstein tidak menguasainya. Alangkah tidak beruntungnya.

Einstein tak diterima jadi dosen

Einstein juga pernah mengalami momen kehilangan pekerjaan yang diimpikannya. Tahun 1902, Einstein ditunjuk sebagai pemeriksa di sebuah kantor Hak Paten, Swiss, berdasarkan rekomendasi temannya. Konon, rekomendasi tersebut diberikan karena rasa iba orang tersebut kepada Einstein. Sebelumnya, Einstein ditolak saat melamar sebagai dosen.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ini Daftar Kenaikan HET Beras Premium dan Medium hingga 31 Mei 2024

Ini Daftar Kenaikan HET Beras Premium dan Medium hingga 31 Mei 2024

Tren
Ramai soal Nadiem Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris, Ini Kata Kemendikbud Ristek

Ramai soal Nadiem Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris, Ini Kata Kemendikbud Ristek

Tren
Media Korsel Soroti Pertemuan Hwang Seon-hong dan Shin Tae-yong di Piala Asia U23

Media Korsel Soroti Pertemuan Hwang Seon-hong dan Shin Tae-yong di Piala Asia U23

Tren
10 Ras Anjing Pendamping yang Cocok Dipelihara di Usia Tua

10 Ras Anjing Pendamping yang Cocok Dipelihara di Usia Tua

Tren
5 Manfaat Kesehatan Daging Buah Kelapa Muda, Salah Satunya Menurunkan Kolesterol

5 Manfaat Kesehatan Daging Buah Kelapa Muda, Salah Satunya Menurunkan Kolesterol

Tren
Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Tren
PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

Tren
UKT Unsoed Tembus Belasan-Puluhan Juta, Kampus Sebut Mahasiswa Bisa Ajukan Keringanan

UKT Unsoed Tembus Belasan-Puluhan Juta, Kampus Sebut Mahasiswa Bisa Ajukan Keringanan

Tren
Sejarah dan Makna Setiap Warna pada Lima Cincin di Logo Olimpiade

Sejarah dan Makna Setiap Warna pada Lima Cincin di Logo Olimpiade

Tren
Ramai Anjuran Pakai Masker karena Gas Beracun SO2 Menyebar di Kalimantan, Ini Kata BMKG

Ramai Anjuran Pakai Masker karena Gas Beracun SO2 Menyebar di Kalimantan, Ini Kata BMKG

Tren
Kenya Diterjang Banjir Bandang Lebih dari Sebulan, 38 Meninggal dan Ribuan Mengungsi

Kenya Diterjang Banjir Bandang Lebih dari Sebulan, 38 Meninggal dan Ribuan Mengungsi

Tren
Dari Jakarta ke Penang, WNI Akhirnya Berhasil Obati Katarak di Korea

Dari Jakarta ke Penang, WNI Akhirnya Berhasil Obati Katarak di Korea

Tren
Warganet Kaitkan Kenaikan UKT Unsoed dengan Peralihan Menuju PTN-BH, Ini Penjelasan Kampus

Warganet Kaitkan Kenaikan UKT Unsoed dengan Peralihan Menuju PTN-BH, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Israel Diduga Gunakan WhatsApp untuk Targetkan Serangan ke Palestina

Israel Diduga Gunakan WhatsApp untuk Targetkan Serangan ke Palestina

Tren
Apa Itu Asuransi? Berikut Cara Kerja dan Manfaatnya

Apa Itu Asuransi? Berikut Cara Kerja dan Manfaatnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com