KOMPAS.com - Sebuah kedai ayam goreng murah Mr Lee di dekat pusat Kota Seoul, Korea Selatan, sudah menahan diri untuk tidak menaikkan harga selama satu setengah dekade.
Namun, larangan ekspor minyak goreng Indonesia memaksanya untuk menaikkan harga, meski berisiko kehilangan pelanggan.
Dilema Mr Lee menyoroti jalan berbahaya ke depan bagi pembuat kebijakan di Korea Selatan ketika mereka berada pada kekhawatiran inflasi.
"Semuanya naik, harga sekotak minyak ini berlipat ganda, lapisan tepungnya naik, begitu juga ayamnya," kata pemilik kedai, dikutip dari CNBC.
Kedai itu sebelumnya telah mendapat perhargaan layanan pelanggan dari kantor pemerintah setempat untuk rekor harga yang stabil.
"Kami belum menaikkan harga, tetapi sekarang sangat sulit dan kami perlu menaikkan harga sedikit," ujarnya.
Baca juga: Indonesia Larang Ekspor CPO, India Kelimpungan, Malaysia Banjir Pesanan
Genesis BBQ, salah satu rantai ayam goreng terbesar di negara itu, pekan lalu mengatakan akan menaikkan harga untuk sebagian besar item di menunya untuk pertama kalinya dalam empat tahun sebesar 10 persen.
Langkah serupa juga telah diambil saingannya, Kyochon F&B dan BHC.
Dampak harga dari pemerasan kelapa sawit tidak akan terbatas pada ayam.
Korea Selatan mengimpor lemak dan minyak hewani dan nabati senilai 2,2 miliar pada 2021, sekitar 30 persen di antaranya adalah minyak sawit.
Sebagian besar atau 56 persen berasal dari Indonesia dan sisanya dari Malaysia.
Untuk beragam barang konsumsi yang menggunakan minyak sawit, kebijakan larangan ekspor minyak goreng Indonesia selama seminggu terakhir telah mengirimkan gelombang kejutan secara global.
Kebijakan itu mendorong harga minyak sawit dari sumber lain, seperti Malaysia atau menggunakan alternatif minyak kedelai.
"Kami dengan hati-hati mengamati situasi karena permintaan minyak sawit Melayu dapat meingkat dan menyebabkan harga lebih tinggi," kata juru bicara Ottagi, produsen pizza beku dan mi ramen utama di Korsel.
Baca juga: Larangan Ekspor CPO Dimulai, Harga TBS Merosot Tajam
Indonesia yang merupakan sumber dari setengah lebih pasokan minyak sawit dunia, memperluas penangguhan ekspornya pada Rabu (27/4/2022).