Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Bingungologi Kemusnahan Dinosaurus

Kompas.com - 27/04/2022, 05:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PALEONTOLOGI mirip astrobiologi, kosmologi, fisika kuantum, metafisika, metamatematika serta meta-meta lain-lainnya sebagai ilmu yang kerap kali terpaksa bertumpu pada hipotesa.

Sebagai insan awam yang memerhati paleontologi terpaksa secara keimanan saya pasrah percaya kepada hipotesa para paleontolog yang beranekaragam maka saling beda satu dengan lain-lainnya.

Berdasar kajian terhadap fosil oleh para paleontolog sementara ini dapat diyakini bahwa mahluk yang disebut sebagai dinosaurus memang pernah hadir di planet bumi ini.

Meski perdebatan mengenai dinosaurus mahluk berdarah dingin atau panas termasuk juga mengenai warna darah dinosaurus merah atau biru atau tanpa warna seperti air masih berkelanjutan di samping apakah dinosarus termasuk jenis burung masa kini juga belum disepakati tentang penyebab musnahnya mahluk dinosaurus dari planet bumi ini.

Aneka ragam hipotesa bersliweran di atas mau pun di bawah panggung perdebatan tentang sebab-musabab musnahnya dinosaurus kecuali pewaris utama dinosaurus seperti coelacanth dan kecoak yang masih bertahan eksis sampai masa kini.

Antara lain ada yang menduga pemusnah dinosaurus adalah perubahan iklim secara drastis yang tak tertahankan oleh daya bertahan-hidup para dinosaurus.

Ada pula pascasangka bahwa sebuah meteor ukuran raksasa obesitas bengkak menghantam permukaan planet bumi sehingga menyebabkan gempa bumi dahsyat memicu mahatsunami menelan seluruh dinosaurus kecuali coelacanth yang berkeliaran di lautan mau pun kecoak di permukaan bumi.

Ada pula para virolog dan pakar pagebluk bermain dengan dugaan bahwa sejenis virus menempel di dalam raga para dinosaurus yang tidak pakai masker akibat tidak patuh protokol kesehatan, maka para virus berjaya menggerogoti saluran pernafasan para dinosaurus sehingga gagal nafas maka rame-rame meninggalkan dunia fana ini.

Ada pula yang berspekulasi bahwa dinosaurus musnah akibat erupsi gunung berapi di kawasan Asia Tenggara (Nusantara?) secara berbarengan sehingga serentak memuntahkan gas beracun ke atmosfer secara lambat namun pasti membinasakan kaum dinosaurus.

Segenap bingungologi tentang aneka ragam dugaan atas kemusnahan dinosaurus saya ketahui terbatas dari apa kata para pakarnya tanpa saya mampu membuktikan kebenaran mau pun ketidak-benarannya.

Sama halnya saya hanya pasrah tahu bahwa utang Indonesia sudah lebih dari tujuh kuadriliun rupiah hanya berdasar apa kata yang berwenang membuat laporan tanpa saya mampu membuktikan benar-tidaknya.

Namun dari segenap bingungologi kemusnahan dinosaurus minimal saya dapat memetik hikmah, yaitu adalah tidak ada salahnya bersikap eling lan waspodo dalam ikut berupaya melakukan tindakan preventif dan promotif agar jangan sampai umat manusia mengalami nasib kemusnahan seperti para dinosaurus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com