KOMPAS.com - Ketika berpuasa, badan tidak menerima asupan cairan sama selama lebih dari 10 jam.
Salah satu gangguan kesehatan yang kerap dikeluhkan saat menjalani ibadah yang satu ini adalah terjadinya dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh.
Dehidrasi bisa terjadi pada segala usia, termasuk pada anak-anak.
Untuk itu, penting bagi orang tua untuk mengenali ciri dehidrasi pada anak dan cara menanganinya.
Baca juga: Latih Anak Puasa, Mulai Usia Berapa dan Bagaimana Caranya?
Dilansir dari Cleveland Clinic, dehidrasi adalah kondisi di mana seseorang kehilangan terlalu banyak cairan tubuh yang menyebabkan beberapa bagian tubuh tidak bisa berfungsi secara normal.
Selain karena kurangnya asupan cairan saat berpuasa, dehidrasi juga bisa terjadi akibat sebab yang lain.
Misalnya akibat muntah, diare, demam, dan kurang minum cukup air.
Untuk kasus pada anak, jika sudah mencapai tahap yang parah, maka dehidrasi tidak cukup ditangani dengan mengganti cairan yang hilang melalui minum dan makan saja.
Anak perlu dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Baca juga: Manfaat Puasa untuk Ibu Hamil Berdasarkan Penelitian
Ada sejumlah tanda fisik yang bisa diamati jika seorang anak mengalami dehidrasi.
Berikut adalah beberapa di antaranya:
Baca juga: Bukan Es atau Gorengan, Ini Menu Takjil Buka Puasa yang Lebih Sehat
Selain dehidrasi parah, terdapat juga dehidrasi ringan atau sedang. Cara menangani dehidrasi pada anak disesuaikan dengan tingkatan tersebut.
Berikut ini cara mengatasi dehidrasi berdasarkan tingkat keparahannya, dilansir dari NCBI:
American Academy of Pediatrics merekomendasikan rehidrasi oral untuk anak yang mengalami dehidrasi ringan.
Artinya, beri dia minuman atau cairan dalam jumlah yang cukup, hindari minuman yang manis.