Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Negara Tinggalkan Prokes, WHO: Konsep yang Sangat Prematur

Kompas.com - 20/02/2022, 14:06 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Sejumlah negara di dunia mulai meninggalkan protokol kesehatan yang selama ini dilakukan untuk mencegah terjadinya penularan Covid-19.

Padahal, kasus infeksi secara global saat ini tengah meningkat akibat persebaran varian Omicron yang kian meluas.

Misalnya Perancis, Italia, Swiss, Republik Dominika, debagian negara bagian di Amerika Serikat yang mulai tinggalkan kewajiban bermasker saat di luar rumah.

Baca juga: Berikut Gejala Omicron dan Pengobatannya

Terkait fenomena itu, Organisasi Keseharan Dunia (WHO) menyebut keputusan yang diambil oleh sejumlah negara ini sebagai sesuatu yang terlalu prematur.

Pendapat ini disampaikan oleh Direktur Eksekutif Program Darurat Kesehatan WHO, Dr Mike Ryan dalam sesi Live Q&A on #COVID19 Variant of Concern, Selasa (16/2/2022).

"Gagasan untuk kita meninggalkan semua upaya protokol kesehatan ini, saya kira sebuah konsep yang sangat prematur di banyak negara untuk saat ini," kata Ryan.

Baca juga: Saat WHO dan UNICEF Desak Indonesia Segera Gelar Sekolah Tatap Muka...

Ancaman situasi yang lebih buruk

Konvoi kebebasan di Perancis yang terinspirasi aksi di Kanada.SYSPEO/Sipa/Rex/Shutterstock Konvoi kebebasan di Perancis yang terinspirasi aksi di Kanada.

Ryan menyebut apa yang dilakukan banyak negara saat ini untuk menghapus kewajiban bermasker, membatasi kerumunan, dan pelonggaran yang lainnya, hanya akan berdampak pada makin panjangnya umur pandemi ini akan berlangsung.

"Kami pahami keinginan untuk kembali ke normal ini. Tapi keinginan untuk sepenuhnya kembali ke kehidupan normal, justru akan membuat pandemi itu bertahan lebih lama dari yang semestinya," ungkap dia.

Ia menyadari, ada banyak tekanan secara politik untuk segera membuka perbatasan, melonggarkan aturan, dan sebagainya.

Baca juga: Apakah Isolasi Mandiri Bisa Diakhiri Lebih Cepat dengan PCR?

Namun, ia mengingatkan bahwa saat ini semuanya belum ada di posisi yang sepenuhnya aman. Dan, jika negara-negara tetap nekat melakukan hal itu, maka masyarakat dunia bisa jadi berakhir dalam situasi yang lebih buruk.

"Saya akui situasinya memang tidak pasti, saya tidak bisa memastikan (risiko) itu akan terjadi. Saya tidak memprediksi itu akan terjadi, tapi saya sedikit ragu sekarang jika kita meninggalkan semua protokol kesehatan yang ada," ucap dia.

"Jika kita dihantam varian lainnya dan kita sudah meninggalkan semua upaya-upaya pencegahan itu, sungguh akan sangat berat untuk memulihkan situasi seperti sedia kala," lanjut Ryan.

Baca juga: Pasien Positif Covid-19 tapi Belum Dapat WhatsApp Layanan Telemedisin, Harus Bagaimana?

Seorang warga melintas di pertokoan Pasar Baru yang telah tutup di Jakarta, Rabu (9/2/2022). Data Pemprov DKI Jakarta menyebutkan persentase kasus positif COVID-19 atau positivity rate di Jakarta dalam sepekan terakhir mencapai 22,6 persen atau jauh di atas standar WHO sebesar lima persen.WAHYU PUTRO A Seorang warga melintas di pertokoan Pasar Baru yang telah tutup di Jakarta, Rabu (9/2/2022). Data Pemprov DKI Jakarta menyebutkan persentase kasus positif COVID-19 atau positivity rate di Jakarta dalam sepekan terakhir mencapai 22,6 persen atau jauh di atas standar WHO sebesar lima persen.

Ryan pun mengajak semua orang untuk kembali berpikir dan melakukan tindakan yang efeknya adalah kebaikan, meskipun hasil kebaikan itu tidak seberapa besar, namun jika dilakukan bersama-sama, maka dampaknya akan tetap dirasakan.

"Kurangi risiko untuk terpapar, kurangi peluang menginfeksi orang lain, jadilah pintar, lindungi dirimu, lindungi orang lain, vaksin. Jika kita semua melakukan itu, jika semua melakukannya meskipun sedikit saja, maka risiko terjadinya hal buruk akan berkurang," ungkap dia.

Baca juga: Pasien Positif Covid-19 dari Antigen Bisa Dapat Layanan Telemedisin dan Paket Obat Gratis, Ini Caranya!

Baca juga: Saat WHO Pantau Varian Virus Corona Baru Bernama Mu...

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com