KOMPAS.com - Virus corona tak berhenti sampai di varian Omicron saja. Baru-baru ini muncul BA.2 yang disebut Son of Omicron.
BA.2 telah terdeteksi di lebih dari 40 negara di dunia.
Namun apa sebenarnya BA.2? Seberapa berbahaya?
Berikut ini jawaban dari beberapa epidemiolog:
Baca juga: Ditemukan di 40 Negara, Subvarian Omicron BA.2 Lebih Berbahaya?
Epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Bayu Satria Wiratama menjelaskan, BA.2 bukan varian baru, melainkan sub varian Omicron.
"BA.2 ini sub varian dari omicron tapi masih dalam keluarga omicron. Jadi bukan varian baru," kata Bayu pada Kompas.com, Jumat (28/1/2022).
Terkait apakah varian ini lebih cepat menular atau tidak dibanding varian Omicron, Bayu menjawab, belum diketahui secara pasti, karena diperlukan penelitian yang lebih mendalam.
"Belum diketahui pasti, minimal dia akan sama dengan Omicron," tutur Bayu.
Lalu terkait penularannya, dia menjelaskan sub varian BA.2 sama dengan Covid-19 pada umumnya, yakni melalui droplets dan airborne.
Begitu juga dengan pencegahannya. Langkah yang harus dilakukan masih sama, yakni:
"Kemudian vaksin untuk menurunkan risiko keparahan," imbuh Bayu.
Baca juga: Lansia Rentan Terkena Omicron, Bagaimana Capaian Vaksinasi Lansia di RI?
Dihubungi terpisah, Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman juga menjelaskan bahwa varian Omicron tidak hanya memiliki sub varian BA.2, akan tetapi ada BA.1 dan BA.3
"BA.2 ini juga adalah Omicron atau sub varian dari Omicron. Saya melihat hampir sama-lah BA.1 dan BA.2 ini ancamannya. Pesan pentingnya jangan meremehkan, jangan abai, jangan over convidence, karena akhirnya kalau bersirkulasi kita akan menambah musuh baru," kata Dicky pada Kompas.com, Jumat (28/1/2022).
Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa pada BA.1 terdapat Gen S yang hilang, sehingga bisa dideteksi dengan PCR khusus (PCR-SGTF).
Akan tetapi, pada sub varian BA.2 tidak bisa dideteksi menggunakan PCR, harus melalui teknik Whole Genome Sequencing (WGS).