Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jannus TH Siahaan
Doktor Sosiologi

Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.

Ganjar Si Angsa Hitam 2024?

Kompas.com - 25/01/2022, 13:48 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BEBERAPA waktu lalu, saya mendengarkan curhatan politik panjang lebar dari seorang kawan mengenai perubahan sikap politiknya pada Joko Widodo.

Dulu, sejak awal Jokowi jadi presiden, kawan saya tersebut kurang terlalu bersimpati kepada Jokowi alias kurang suka.

Sebab utamanya, pertama, karena kawan saya itu memang apolitik. Kami sama dalam hal ini.

Kedua, kita berangkat dari asumsi dasar yang sama bahwa secara pribadi, Jokowi adalah orang baik.

Posisinya di dalam konstelasi elite politik adalah faktor yang membuatnya terkesan kurang fungsional atas janji-janji kampanyenya.

Pendeknya, secara politik, kedua faktor tersebut membuat kawan saya kurang tertarik kepada Jokowi pada mulanya.

Tapi belakangan, kawan saya melebarkan perspektifnya melampaui urusan personal.

Secara keseluruhan, dari urusan personal sampai pada urusan kepemimpinan, Jokowi terbilang paling baik.

Kira-kira begitu kesimpulan kawan saya itu. Ia mencoba memaklumi apa saja yang menghalanginya selama ini untuk kurang suka pada Jokowi.

Sehingga hasil akhirnya, kini Jokowi adalah presiden yang justru ia sukai.

Mengapa bisa demikian? Setelah saya cerna alur ceritanya, saya menyimpulkan bahwa penyebab perubahan pandangan politik kawan saya adalah karena (pertama) Jokowi memang tidak membuat prestasi gila-gilaan.

Namun (kedua), yang lain juga sama, bahkan lebih parah dibanding Jokowi alias tidak berbuat apa-apa.

Artinya, memang tidak ada yang terbukti bisa lebih baik dari Jokowi selama ini, baik dari politisi jajaran pendukungnya ataupun pembencinya.

Nah, dengan kontruksi berpikir yang sama kawan saya memutuskan untuk menyukai Ganjar Pranowo.

Selain karena Ganjar adalah gubernur di daerah asalnya, penyebab utamanya, menurut kawan saya, adalah karena elite-elite politik yang namanya masuk radar pilpres nanti justru tak berperilaku dan berbuat lebih baik dibanding Ganjar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Media Korsel Soroti Pertemuan Hwang Seon-hong dan Shin Tae-yong di Piala Asia U23

Media Korsel Soroti Pertemuan Hwang Seon-hong dan Shin Tae-yong di Piala Asia U23

Tren
10 Ras Anjing Pendamping yang Cocok Dipelihara di Usia Tua

10 Ras Anjing Pendamping yang Cocok Dipelihara di Usia Tua

Tren
5 Manfaat Kesehatan Daging Buah Kelapa Muda, Salah Satunya Menurunkan Kolesterol

5 Manfaat Kesehatan Daging Buah Kelapa Muda, Salah Satunya Menurunkan Kolesterol

Tren
Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Tren
PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

Tren
UKT Unsoed Tembus Belasan-Puluhan Juta, Kampus Sebut Mahasiswa Bisa Ajukan Keringanan

UKT Unsoed Tembus Belasan-Puluhan Juta, Kampus Sebut Mahasiswa Bisa Ajukan Keringanan

Tren
Sejarah dan Makna Setiap Warna pada Lima Cincin di Logo Olimpiade

Sejarah dan Makna Setiap Warna pada Lima Cincin di Logo Olimpiade

Tren
Ramai Anjuran Pakai Masker karena Gas Beracun SO2 Menyebar di Kalimantan, Ini Kata BMKG

Ramai Anjuran Pakai Masker karena Gas Beracun SO2 Menyebar di Kalimantan, Ini Kata BMKG

Tren
Kenya Diterjang Banjir Bandang Lebih dari Sebulan, 38 Meninggal dan Ribuan Mengungsi

Kenya Diterjang Banjir Bandang Lebih dari Sebulan, 38 Meninggal dan Ribuan Mengungsi

Tren
Dari Jakarta ke Penang, WNI Akhirnya Berhasil Obati Katarak di Korea

Dari Jakarta ke Penang, WNI Akhirnya Berhasil Obati Katarak di Korea

Tren
Warganet Kaitkan Kenaikan UKT Unsoed dengan Peralihan Menuju PTN-BH, Ini Penjelasan Kampus

Warganet Kaitkan Kenaikan UKT Unsoed dengan Peralihan Menuju PTN-BH, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Israel Diduga Gunakan WhatsApp untuk Targetkan Serangan ke Palestina

Israel Diduga Gunakan WhatsApp untuk Targetkan Serangan ke Palestina

Tren
Apa Itu Asuransi? Berikut Cara Kerja dan Manfaatnya

Apa Itu Asuransi? Berikut Cara Kerja dan Manfaatnya

Tren
'Streaming' Situs Ilegal Bisa Kena Retas, Curi Data, dan Isi Rekening

"Streaming" Situs Ilegal Bisa Kena Retas, Curi Data, dan Isi Rekening

Tren
Kata Media Asing soal Penetapan Prabowo sebagai Presiden Terpilih, Menyoroti Niat Menyatukan Elite Politik

Kata Media Asing soal Penetapan Prabowo sebagai Presiden Terpilih, Menyoroti Niat Menyatukan Elite Politik

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com