Oleh: Fauzi Ramadhan & Brigitta Valencia Bellion
DALAM sejarah perpolitikan Indonesia, negara ini mengalami banyak dinamika. Di masa-masa tersebut banyak sekali guncangan politik yang melibatkan banyak golongan, baik militer, masyarakat, maupun golongan intelektual seperti mahasiswa.
Setiap era memiliki pemimpin dan gayanya sendiri. Akan tetapi, yang paling dekat dengan masa modern ini adalah perpindahan dari Orde Baru menuju Reformasi pada 24 tahun lalu.
Era pasca-Soeharto ini adalah masa ketika sekat-sekat perpolitikan yang militeristik dan represif di Orde Baru mulai dihapus.
Kemudian, ia digantikan oleh napas baru demokrasi yang berlandaskan Pancasila.
Menurut Muhammad Umar Syadat Hasibuan dalam buku Revolusi Politik Kaum Muda (2008), reformasi lahir setelah negara Indonesia mengalami krisis yang melanda berbagai aspek, mulai dari ekonomi, politik, hukum, kepercayaan, hingga kebutuhan pokok.
Krisis-krisis ini hadir di penghujung era Orde Baru sehingga terjadi gerakan masif yang berusaha untuk melengserkan kepemimpinan militeristik Soeharto.
Metode gerakan yang digunakan sangatlah beragam, tidak hanya turun ke jalan, tetapi juga kritik sosial lewat tulisan, sastra, dan seni.
Sebut saja Wiji Thukul, Nezar Patria, dan Puthut EA sebagai tokoh-tokoh pelopor gerakan kritik melalui tulisan, sastra, dan seni.
Kini, di era modern, dinamika politik kian berkembang. Ruang-ruang demokrasi telah hadir bagi seluruh masyarakat.
Akan tetapi, penyelewengan kekuasaan, tindak korupsi, kolusi, dan nepotisme masih menjadi suatu parasit yang hinggap di era reformasi ini.
Bahkan, menurut survei yang diadakan SMRC pada September 2021, masyarakat yang menilai kondisi perpolitikan nasional semakin buruk bertambah 9,9 persen menjadi 24,4 persen dalam dua tahun.
Untuk mengatasinya, kritik-kritik sosial dan politik harus tetap disuarakan sehingga demokrasi tetap terawat dengan baik.
Tak harus turun ke jalan, kini setiap orang dapat melakukannya lewat karya-karya kreatif, seperti tulisan dan sastra.
Lantas, bagaimana cara kita untuk menuangkan aspirasi, keresahan, dan kritik sosial yang baik dan kreatif? Simak penjelasan berikut.