Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Adakah Ada Sebelum Ada?

Kompas.com - 18/01/2022, 09:41 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TERSURAT pada Kitab Kejadian di dalam Alkitab sebagai Kitab Suci agama saya, yaitu Nasrani sebagai berikut:

1. Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. 2. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. 3. Berfirmanlah Allah: ”Jadilah terang.” Lalu terang itu jadi. 4. Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap. 5. Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama.

Indah

Menurut pendapat subyektif berdasar selera subyektif saya, makna kisah yang tersurat mau pun tersirat di dalam awal Alkitab itu indah.

Penciptaan alam semesta menurut agama dan kepercayaan lain dari agama dan kepercayaan saya pada hakikatnya juga indah sesuai dengan makna adiluhur yang terkandung di dalam kearifan agamamu agamamu, agamaku agamaku, maupun kepercayaanmu kepercayaanmu, kepercayaanku kepercayaanku.

Namun di sisi lain ternyata Karen Armstrong bersabda bahwa “Pada mulanya manusia menciptakan Tuhan”.

Sementara Stephen Hawking meyakini bahwa alam semesta berawal dengan The Big Bang alias Ledakan Akbar tanpa kejelasan atas ukuran yang dianggap akbar untuk dibedakan dengan yang dianggap tidak akbar.

Sebagai insan awam jelata yang di samping dungu juga tidak tahu-menahu soal awal alam semesta, saya memberanikan diri untuk meyakini secara agak matematis bahwa titik awal alam semesta berawal pada titik nol sebelum alam semesta mulai ada.

Nol merupakan simbol alias lambang sesuatu yang tidak atau belum ada. Berdasar logika aritmatikal setelah nol ada plus sementara sebelum nol ada minus.

Berdasar logika semantikal sesuatu yang belum ada berarti sebelumnya tidak ada. Namun kemudian ada baik secara diadakan mau pun ada dengan sendirinya.

Seperti keyakinan Aristoteles tentang sesuatu yang ada secara mendadak spontan ujuk-ujuk ada tanpa ada yang mengadakannya.

Ada

Masalah semantika kata “ada” makin rumit apabila istilah mengada-ada diada-adakan baik untuk sengaja mau pun tidak sengaja diada-adakan padahal sebenarnya tidak ada.

Loncatan problematika pemahaman juga makin lincah ke sana ke mari apabila saya melibatkan unsur waktumologis ke dalam diskursus tentang keadaan awal alam semesta.

Andai kata kita menggunakan alat yang disebut sebagai jam untuk mengukur yang disebut sebagai waktu, maka dapat disepakati bahwa saat awal alam semesta adalah jam nol, menit nol dan detik nol. 00:00:00.

Namun setahu saya tidak ada atau belum ada sebab minimal belum diadakan, jarum dan/atau digit jam yang menampilkan jam minus, menit minus dan detik minus.

Tahun nol juga tidak ada, maka 1 Januari 2000 keliru disebut sebagai awal abad XXI padahal yang benar adalah 1 Januari 2001.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com