Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Menduga Omicron Sudah Masuk Indonesia, Ini Penjelasannya

Kompas.com - 07/12/2021, 19:16 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Varian Omicron B.1.1.529 yang pertama kali dilaporkan di Afrika Selatan kini telah menyebar ke berbagai negara di dunia.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, varian Omicron saat ini telah terdeteksi di 38 negara, termasuk di negara tetangga, yakni Singapura dan Malaysia.

Melihat kondisi tersebut, muncul kecurigaan bahwa varian Omicron saat ini sudah menyebar ke Indonesia.

Namun demikian, pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan belum mengonfirmasi temuan satu pun kasus infeksi virus corona varian Omicron.

Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Siti Nadia Tarmizi, Sabtu (4/12/2021).

"Ya (belum ada kasus infeksi Omicron terdeteksi di Indonesia)," kata Nadia, dikutip dari Kompas.com, Senin (7/12/2021) 

Baca juga: Varian Omicron Sudah Masuk Indonesia? Ini Analisis Epidemiolog

Diduga sudah masuk Indonesia

Namun demikian, ahli patologi klinis Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Tonang Dwi Ardyanto menduga bahwa varian Omicron sudah masuk Indonesia.

"Pendapat saya: sudah. Penyebaran sudah sedemikian luas di banyak negara sejak dari laporan awalnya. Laporan awal itu pun sebenarnya kasusnya sudah terjadi setidaknya 2 pekan sebelumnya," kata Tonang kepada Kompas.com, Selasa (7/12/2021).

Seperti diketahui, varian Omicron atau B.1.1.529 pertama kali dilaporkan ke WHO dari Afrika Selatan pada 24 November 2021.

Sementara, kasus infeksi B.1.1.529 pertama yang terkonfirmasi diketahui berasal dari spesimen yang dikumpulkan pada 9 November 2021.

Baca juga: Upaya Pencegahan Covid-19 Varian Omicron, Apa Saja?

Alasan Omicron sudah masuk Indonesia

Menurut Tonang, ada beberapa alasan yang membuatnya menduga varian Omicron sudah masuk Indonesia.

Pertama, sebagian besar kasus karena Omicron tanpa atau hanya gejala ringan, seperti juga laporan dari Afrika Selatan dan beberapa negara lain yang sudah melaporkan kasusnya.

Kedua, jumlah tes PCR Indonesia yang masih di bawah ambang, meskipun rata-rata tes dilaporkan antara 180-200 ribu per hari.

"Tapi yang banyak itu tes antigen, sekarang PCR tinggal sekitar 15 persen saja dari total tes. Rata-rata sekitar 30 ribu/hari," kata Tonang.

"Padahal minimal 39 ribu/hari. Itu minimal. Itu juga dengan syarat merata. Sayangnya, 40-50 persen dari jumlah PCR itu di Jakarta saja. Sisanya dibagi 33 provinsi lainnya," ujar dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com