KOMPAS.com - Mutasi virus corona B.1.1.529 atau Omicron menyedot perhatian dunia dan menimbulkan kekhawatiran baru.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberikan Omicron label variant of concern atau varian yang mendapatkan perhatian.
Varian Omicron memiliki lebih banyak mutasi dibandingkan varian lainnya.
Baca juga: Daftar 20 Negara yang Sudah Mendeteksi Kasus Omicron
Ini perkembangan terkini soal Omicron:
Varian yang diturunkan dari garis keturunan B.1.1 ini mempunyai 32 mutasi pada protein lonjakan, bagian dari virus yang digunakan pada sebagian besar vaksin untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh melawan corona.
Protein lonjakan yang melapisi bagian luar virus memungkinkannya menempel dan masuk ke sel tubuh manusia.
Vaksin melatih tubuh mengenali lonjakan ini dan menetralkannya sehingga dapat mencegah infeksi sel.
Mutasi pada protein lonjakan bisa memengaruhi kemampuan virus untuk menginfeksi sel dan menyebar, tetapi juga mempersulit sel kekebalan menyerang patogen.
Hal ini dapat menimbulkan masalah respons imun yang diinduksi vaksin. Mutasi bisa menyebabkan protein lonjakan kurang dikenali oleh antibodi tubuh, membuatnya tidak akan selektif menetralkan virus, dapat melewati pertahanan kekebalan dan akhirnya menyebabkan infeksi.
Menurut Direktur CERI Prof Tulio de Oliveria PhD, genom dari varian baru Omicron mengandung konstelasi mutasi yang sangat tidak biasa.
Mutasi-mutasi ini dikhawatirkan akan membantu virus untuk menghindari sistem kekebalan atau meningkatkan penularannya.
WHO menyebutkan, varian Omicron membawa risiko lonjakan kasus infeksi yang sangat tinggi. Setiap lonjakan kasus infeksi bisa mempunyai konsekuensi yang parah.
Meski demikian, belum ada kematian yang dikaitkan dengan varian baru tersebut.
Sejauh ini, setidaknya 20 negara telah mendeteksi kasus yang berkaitan dengan virus Omicron, seperti Afrika Selatan, Hong Kong, Israel, Italia, Belanda, Inggris, Jerman, Belgia, Republik Ceko, Australia, Kanada, Perancis, Portugal, Austria, Swedia, Spanyol, Brasil, Jepang, dan Arab Saudi.
Adapun virus ini telah membuat kasus baru di Afrika Selatan bertambah hampir dua kali lipat dalam sehari pada Rabu (1/12/2021).